Jakarta, CNN Indonesia —
Israel dan milisi Hizbullah Lebanon saling tuduh melanggar perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 27 November.
Mereka kembali terlibat dalam serangan timbal balik di perbatasan Israel dengan Lebanon selatan, benteng Hizbullah, meskipun kedua belah pihak terus melakukan gencatan senjata.
Sebanyak sembilan orang tewas dan tiga lainnya terluka pada hari Senin akibat serangan Israel di dua kota di Lebanon selatan, Talousa dan Haris. Tentara Israel mengatakan mereka telah menyerang puluhan sasaran Hizbullah di Lebanon.
Tel Aviv mengklaim serangan itu adalah pembelaan diri karena Hizbullah adalah kelompok pertama yang melancarkan serangan selama gencatan senjata.
Israel menuduh pasukan Hizbullah terus beroperasi di wilayah selatan perbatasan Lebanon. Tel Aviv menganggap hal ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata.
Sebelumnya pada hari Senin, pihak berwenang Lebanon mengumumkan bahwa dua orang lagi tewas dalam serangan Israel yang sama. Di antara korban tewas adalah seorang anggota pasukan keamanan Lebanon yang meninggal saat bekerja. Dengan demikian, jumlah korban meninggal pada hari itu bertambah menjadi 11 orang.
Serangan terbaru Israel terjadi tak lama setelah Hizbullah menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata. Sebagai tanggapan, Hizbullah menembakkan roket ke posisi militer Israel di kawasan Peternakan Shebaa yang disengketakan, dalam apa yang mereka sebut sebagai “serangan peringatan defensif”.
Penduduk Beirut juga melaporkan kepada Reuters bahwa mereka mendengar drone terbang di atas kota pada larut malam.
Saling serang ini semakin mengancam status gencatan senjata yang ditengahi AS.
Gencatan senjata melarang Israel melakukan operasi militer ofensif di Lebanon, sementara Lebanon harus mencegah kelompok bersenjata, termasuk Hizbullah, menyerang Israel.
Militer Israel tidak melaporkan adanya korban jiwa dalam dua peluncuran roket Hizbullah tersebut, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjanjikan tanggapan yang “kuat”.
Hizbullah mengatakan serangan rudalnya, yang merupakan operasi pertama yang diumumkan sejak gencatan senjata mulai berlaku pada hari Rabu, merupakan pembalasan atas pelanggaran gencatan senjata yang berulang kali dilakukan Israel.
Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, sekutu Hizbullah dan negosiator gencatan senjata Lebanon, mengatakan Beirut telah mencatat setidaknya 54 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejak Rabu.
Sekutu Israel, Prancis, juga mengakui hal ini. Prancis telah menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan milisi Hizbullah sebanyak 52 kali sejak 27 November.
Media Israel, Ynet News, memberitakan, negara Eropa itu mencatat salah satu serangan militer terbaru di Tel Aviv adalah serangan Sabtu lalu yang menewaskan tiga warga sipil Lebanon.
“Rakyat Lebanon berkomitmen penuh untuk mempertahankan gencatan senjata dan mencegah Hizbullah membangun kembali kehadirannya di Lebanon selatan, namun hal itu harus diberi waktu untuk membuktikan diri,” kata seorang pejabat Prancis yang dikutip Ynet News, menurut Al Jazeera. .
Seorang pejabat Perancis memperkirakan bahwa Israel bertindak tanpa berkonsultasi dengan komite internasional mengenai serangan itu. Sebuah komite internasional dibentuk untuk memantau bahwa kedua belah pihak mematuhi perjanjian gencatan senjata.
Di sisi lain, otoritas Israel membela tindakannya dengan menyatakan bahwa komite pemantau internasional tidak akan dapat sepenuhnya memantau situasi di lapangan, setidaknya pada awal pekan ini.
(rds)