Jakarta, CNN Indonesia –
Bepergian ke luar negeri untuk prosedur operasi plastik sedang meningkat akhir-akhir ini. Faktanya, fenomena tersebut telah memunculkan tren baru yang dikenal dengan tren wisata medis.
Perkembangan wisata medis ini terutama terlihat akhir-akhir ini di Bandara Istanbul, Turki. Di bandara, antrian penerbangan ke Inggris terdiri dari penumpang yang mengenakan perban, dengan perban berdarah di kepala karena dicukur.
Maskapai penerbangan harus membayar mahal untuk hal ini karena mereka menghadapi keadaan darurat dan banyaknya rute penerbangan, yang mengakibatkan gangguan sistem dan terkadang kematian penumpang.
Meningkatnya tren wisata medis ini didukung oleh meningkatnya penerbangan berbiaya rendah. Hanya pada tahun 2022. Sekitar 348.000 wisatawan Inggris akan menerima perawatan di luar negeri, meningkat 100.000 dibandingkan tahun 2019.
Jumlah tersebut tidak hanya dari bedah kosmetik saja, namun jumlah wisatawan yang menjalani operasi ini sangat tinggi.
Pakar kesehatan perjalanan dari Health Safety England memperingatkan bahwa wisatawan mungkin tidak menyadari potensi risiko kesehatan dan keuangan yang mereka hadapi.
Tidak hanya itu, terdapat komplikasi pasca operasi akibat prosedur bedah medis yang dilakukan sebelumnya.
Angka dari Asosiasi Ahli Bedah Plastik Estetika Inggris tahun lalu menunjukkan peningkatan sebesar 94 persen dalam jumlah orang yang memerlukan perawatan rumah sakit di Inggris setelah menjalani operasi di luar negeri.
Efek samping yang diderita akibat pembedahan, penyembuhan luka bahkan sepsis merupakan kondisi fisik yang ekstrim akibat respon sistemik tubuh secara keseluruhan terhadap infeksi.
Seperti dilansir Mirror, mayoritas warga Inggris menjalani operasi plastik di Turki, Republik Ceko, Lituania, Hongaria, Polandia, dan Rumania. Mereka datang ke sana karena menawarkan upah yang 70 persen lebih murah dibandingkan di Inggris.
Pada tahun 2022, sekitar 1,2 juta orang asing akan mengunjungi Turki untuk prosedur operasi plastik.
Namun, penerbangan yang sangat panjang dan berlangsung selama 4 jam atau lebih dapat menyebabkan komplikasi serius bagi siapa saja yang baru saja menjalani operasi invasif melalui sayatan kecil.
Misalnya, Wizz Air, yang terbang dari Inggris ke Istanbul, Ankara, Antalya, dan Dalaman, mengatakan bahwa meskipun keadaan darurat medis merupakan tantangan industri, maskapai penerbangan tersebut harus bekerja ekstra untuk beradaptasi dengan pariwisata medis.