Jakarta, CNN Indonesia — “Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, saya merasa ada.”
Saya kira itu adalah hasil dari 80 menit menonton Kim Nam-joon a.k.a. Perjalanan RM BTS menemukan jati dirinya dalam bermusik selama delapan bulan pengerjaan album solo keduanya, Right Place Wrong Person (RPWP).
Perjalanan RM mencari, jatuh dan tersesat dikemas dengan baik melalui film dokumenter bertajuk Orang Benar Tempat Salah yang diambil dari track pertama album RPWP.
Berawal dari cerita konyol RM yang menamai albumnya RPWP, film ini memberikan kesan yang sangat personal yang terlihat dari sinematografinya. Mayoritas gambar diambil secara spontan dan natural, tidak terlalu halus untuk menonjolkan penggambaran tanpa teknik.
Film ini merupakan perkenalan intim yang membawa pemirsa melewati jalan berliku RM untuk menemukan diri mereka di tengah-tengah lebih dari 13 tahun musik sebagai idola K-Pop bersama BTS.
Bagi penggemar, Right People Wrong Place terasa lebih dari sekadar film dokumenter. Ini adalah meditasi visual tentang seorang seniman yang mencoba mencari tahu dirinya di persimpangan antara karier dan kehidupan.
Berbeda dengan film dokumenter solo yang dirilis oleh rekan satu bandnya, film Right People Wrong Place tidak menyertakan klip pertunjukan live dari lagu-lagu di album tersebut.
Selain perilisan album RPWP saat RM sedang menjalani wajib militer, pria kelahiran 1994 ini nampaknya juga sengaja mengajak penonton untuk merasakan proses kreatif, ketimbang membenamkan diri dalam penampilan panggung dan musik karyanya. film.
Oleh karena itu, jika Anda belum mengenal RM dan musiknya, film dokumenter ini mungkin terasa monoton. Pasalnya film dokumenter ini penuh dengan perbincangan dan cerita yang mengajak penonton untuk mengikuti RM dalam “proses” pengerjaan album RPWP yang menjadi titik balik bagi Kim Nam-joon.
Bagi saya, film dokumenter ini seperti karya pribadi. Sepanjang film, RM menggambarkan perasaannya, mulai dari keraguan, naik turunnya optimisme, hingga kelelahan emosional yang hampir melumpuhkan imajinasi kreatifnya.
Sementara sebagian besar film dokumenter menceritakan kejayaan tur konser atau perjalanan perjuangan mencapai kesuksesan, Right People Wrong Place menceritakan kisah kehilangan seorang artis. Dan di tengah pencariannya, dia menemukan seseorang untuk membantunya dalam proses tersebut hingga dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Karena keintiman itu, film dokumenter ini sangat cocok bagi saya, seorang penggemar yang merasa mengetahui sisi berbeda dan baru dari RM atau Kim Nam-joon setelah bertahun-tahun mengidolakannya. Secara tidak langsung RM juga memberikan harapan kepada banyak penggemarnya, terutama saya, bahwa “kalah” bukan berarti gagal jadi jangan berhenti mencari.
Penilaian ini juga dinilai tepat karena Right People Wrong Place juga menjadi salah satu dari sedikit film yang lolos di Busan International Film Festival 2024 dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF Freedom of an RM in RPWP) 2024.
RM telah lama dikenal sebagai sosok yang kuat, penulis lirik yang tajam, dan pemimpin BTS, salah satu boy band yang menjadi fenomena musik global terbesar dalam sejarah. Namun dibalik statusnya yang luar biasa, RM adalah individu seperti kita semua – memikirkan dirinya sendiri.
Jika album pertamanya, Indigo, adalah kapsul waktu RM yang hangat, melankolis, dan introspektif di usia 20-an, Right Place Wrong Person adalah ekspresi kebebasan RM di awal usia 30-an.
Film ini juga menampilkan sisi eksperimental RM. RM mencoba bermain dengan warna dan genre baru di luar BTS dan bahkan K-Pop, bekerja sama dengan berbagai musisi dan produser, termasuk San Yawn dari Balming Tiger sebagai kolaborator utama album, penyanyi-penulis lagu Amerika Moses Sumney, rapper Inggris-Nigeria Little Simz , untuk duo jazz Domi dan JD Beck.
Hasilnya, RPWP muncul dengan palet suara yang lebih berani: campuran psikedelia, soul, dan hip-hop eksperimental.
Perbandingannya dengan Indigo sangat jelas. Jika Indigo adalah kontemplasi dengan sentuhan R&B hangat, jazz, dan folk, RPWP adalah lembaran eksplorasi dengan sentuhan futuristik dan psikedelia yang menggerakkan imajinasi.
Inilah musik yang mengajak pendengarnya tersesat bersama RM, menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kebingungan. Tak heran, RPWP masuk dalam daftar album terbaik 2024 versi Rolling Stone, NME, dan Hypebeast.
(akhir)