Jakarta, CNN Indonesia —
Platform e-commerce China Temu diblokir, kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arieh Setiadi. Program tersebut diyakini akan menimbulkan ancaman serius bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM).
Selain itu, menurut Budi, Aplikasi Temu belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia.
“Temu kami hapus agar cepat merespon keresahan masyarakat khususnya pelaku UKM. Apalagi Temu tidak terdaftar sebagai PSE,” kata Budi Ari di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Rabu (9/10). .
Aplikasi Temu saat ini belum terdaftar di laman PSE Kominfo. Sesuai aturan, setiap aplikasi harus terdaftar sebagai penyedia sistem elektronik untuk dapat beroperasi di Indonesia.
Cominfo bergerak cepat untuk melindungi usaha kecil dan menengah dalam negeri dari gempuran produk luar negeri dan memblokirnya. Saat ini produk luar negeri mengancam produk UKM melalui penjualan online dan offline.
Lalu apa sebenarnya aplikasi Temu itu?
Temu adalah aplikasi yang didukung oleh PDD Holdings, sebuah perusahaan Tiongkok yang berbasis di Boston, AS.
Seperti platform e-niaga lainnya, aplikasi ini memungkinkan pengguna menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori.
Aplikasi ini gratis untuk diunduh dan digunakan di perangkat Android dan iOS.
Temu pertama kali dirilis pada tahun 2022 dan merupakan salah satu aplikasi perdagangan paling populer di Amerika Serikat.
Aplikasi ini mendapat tinjauan yang beragam karena layanannya yang mudah digunakan, beragam produk yang tersedia, dan harga yang kompetitif.
Selain itu, Temu menawarkan berbagai pilihan pembayaran yang nyaman seperti kartu kredit dan dompet elektronik serta layanan pengiriman yang andal.
Saat ini, aplikasi Temu menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play, bahkan jumlah unduhan aplikasi Temu mencapai 165,12 juta.
Ada ancaman terhadap UKM
Cominfo bergerak cepat untuk melindungi usaha kecil dan menengah dalam negeri dari gempuran produk luar negeri dan memblokirnya. Saat ini produk luar negeri mengancam produk UKM melalui penjualan online dan offline.
“Produk UKM lokal harganya sangat murah karena perlu perlindungan pemerintah dari pasar luar negeri yang produk luar negeri dijual langsung dari pabrik. Ini persaingan tidak sehat dan mengancam kelangsungan usaha pelaku UKM lokal,” jelas Budi.
Berdasarkan pengalaman beberapa negara, aplikasi Tiongkok memberikan dampak negatif tidak hanya pada UKM lokal tetapi juga konsumen. Kualitas produk yang dijual TEM tidak memenuhi standar kualitas sehingga merugikan konsumen dan pembeli.
Pada tahun 2023, Google menangguhkan PINDUODUO, induk aplikasi Temu, karena diduga terinfeksi malware yang dapat melacak aktivitas pengguna aplikasi tersebut.
“Kami telah memblokir Temu dari App Store dan Playstore untuk melindungi konsumen dan UKM.
Menteri UKM Teten Masduki juga menyampaikan kekhawatirannya akan adanya ancaman bagi UKM jika Temu masuk ke Indonesia. Teten khawatir pengaruh Temu lebih berbahaya dibandingkan toko TikTok itu sendiri.
Hal ini karena platform Tiongkok dapat memfasilitasi perdagangan lintas batas atau luar negeri. Temu masih bisa menyalurkan seluruh produk China ke Indonesia.
“Itu yang saya khawatirkan. Ada lagi aplikasi digital yang lintas batas negara, dan menurut saya lebih kuat dari (toko) TikTok,” kata Teten dalam rapat dengar pendapat (RDP) VI Komisi. Korea Utara pada Juni lalu.
Temu adalah aplikasi e-commerce yang menghubungkan penjual dan produsen secara langsung.
Artinya, produk yang tidak melalui reseller, afiliasi, dan pihak ketiga berisiko bagi UKM. Harga produk yang ditawarkan di aplikasi ini sangat murah.
Keberadaan mereka menghancurkan vendor, afiliasi atau pihak ketiga. Temu berpandangan negatif terhadap Temu, kata Wienter Rah Mada, CEO Smesco Indonesia, mengatakan akan mengancam UKM jika Temu beroperasi di Indonesia. Karena aplikasi ini menawarkan harga yang sangat murah.
“Kami sampaikan, di beberapa kasus mereka memberi harga 0 persen. Di Amerika, mereka memberi harga 0 persen, jadi pembeli hanya membayar ongkos kirim,” kata Wienter dalam jumpa pers di kantor Kemenkop UKM, Selasa. 8) “Temu itu malware China. Kalau dibiarkan masuk ke UKM kita pasti mati,” ujarnya. (Tim/DMI)