Jakarta, CNN Indonesia —
Benih-benih Siklon Tropis 93S justru tumbuh dan bukannya membusuk, ungkap Erma Ulihastin, ahli meteorologi di Lembaga Penelitian dan Inovasi Nasional (BRIN). Periksa prediksi efeknya.
Bibit siklon tropis 93S teramati di sekitar Samudera Hindia, selatan Pulau Sumba, tepatnya pada sekitar 15,7 derajat LU dan 119,1 BT, dengan kecepatan angin maksimum 20 knot (37 km/jam) dan tekanan angin minimum 20 knot (37 km/jam). 1.002 hPa.
“Pembaruan badai siklon: Daripada melemah atau pecah, 93S justru menguat dan kini membentuk benih badai 94S di Laut Timor,” cuit Erma.
Bibit badai yang muncul di Indonesia bagian tenggara karena pertemuan gelombang. MJO [Madden-Julian Oscillation] dan Rossby yang didukung oleh SST [suhu permukaan laut] sedang memanas,” lanjutnya.
Menurut Erma, penguatan badai tropis ini akan berdampak pada wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hari ini diguyur hujan terus menerus. Daerah yang paling terdampak adalah Flores Timur, Adonara, Lembata, Alor, Kupang dan sekitarnya.
Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) secara terpisah menyebutkan beberapa fenomena atmosfer, termasuk munculnya siklon tropis, diperkirakan akan mempengaruhi pola cuaca di beberapa wilayah Tanah Air.
Hal ini meningkatkan peluang terjadinya hujan deras, terutama di wilayah yang memasuki puncak musim hujan. Berdasarkan catatan BMKG, saat ini terdapat dua bibit siklon tropis yang terpantau berada di Samudera Hindia, sebelah barat daya Lampang, dan sebelah selatan Pulau Sumba di Samudera Hindia.
Sedangkan wilayah dugaan berada di Laut Timor, barat daya Kepulauan Tanimbar. Selain itu, terdeteksi adanya sirkulasi siklon di Laut Utara Natuna, Kalimantan.
“Siklon tropis, subwilayah, dan sirkulasi siklon diperkuat dengan meningkatnya massa udara yang meningkat, sehingga memfasilitasi terbentuknya awan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya.
Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya curah hujan dalam jumlah besar di wilayah terdampak tinggi, sehingga warga di wilayah tersebut harus lebih mewaspadai kemungkinan kondisi cuaca, kata BMKG dalam keterangan resminya.
BMKG mengungkapkan fenomena atmosfer tersebut diperkuat oleh aktivitas MJO, Rossby, Kelvin, dan gelombang frekuensi rendah di sebagian besar wilayah Indonesia. Kombinasi ini menciptakan dinamika atmosfer yang mendukung hujan dengan durasi lebih lama dan intensitas lebih besar, khususnya di Indonesia bagian tengah dan timur.
“Menjelang pertengahan Desember, curah hujan akan terus meningkat sehingga menyebabkan bencana hidrometeorologi, banjir, genangan air atau tanah longsor, mengancam sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rentan,” kata badan tersebut.
“Perhatian juga harus diberikan pada daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi aktif, karena hujan lebat meningkatkan risiko banjir lahar di wilayah tersebut,” katanya.
(Tim/DMI)