Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah tengah melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengendalikan intensitas curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Baksi (Jabodtbak). Bagaimana cara melakukannya?
Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan lembaga terkait lainnya telah melaksanakan pekerjaan modifikasi cuaca tahap pertama pada 7-8 Desember.
Kepala BMKG Dwikorita Karnavati mengklaim OMC tahap pertama berhasil mengurangi risiko banjir di wilayah Zbodtbek. OMC disebut berhasil menurunkan intensitas hujan hingga 67 persen di berbagai wilayah Jakarta akhir pekan lalu dan mengurangi risiko banjir dan genangan.
Dwikorita mengatakan upaya OMC berhasil dengan melakukan cloud seeding selama dua hari berturut-turut. Sebanyak lima penerbangan dilakukan dengan menggunakan empat ton bahan tanaman untuk mengendalikan distribusi curah hujan di wilayah Jakarta.
“Operasi ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana pembangkit listrik tenaga air, seperti seringnya terjadi banjir di Jakarta akibat tingginya intensitas air. Hasilnya, jumlah curah hujan di banyak wilayah berhasil kami kurangi. Berdasarkan data pada bulan Desember 7 dan 8, satelit “Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMAP),” kata Devikorita dalam keterangannya, Senin (12/9).
BMKG dan BNPB kembali menggelar OMC putaran kedua pada Rabu (11/12). Kali ini BNPB dan BMKG mengerahkan dua pesawat untuk OMC.
Davikurita mengatakan, dalam operasi ini, setiap armada pesawat akan menyemprotkan natrium klorida (NaCl) pada kemungkinan awan di wilayah selatan Jawa Barat.
Melansir Antara, awan hujan di langit selatan Jawa Barat seperti Sukabumi, Siangjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Banten Selatan akan pecah dan bergerak ke arah laut sehingga meningkatkan intensitas hujan di wilayah tersebut. berkurang
Berdasarkan analisis BMKG, wilayah tersebut masih dipengaruhi oleh beberapa fenomena atmosfer dan berpeluang besar terjadi hujan lebat dengan kecepatan angin permukaan 33 km/jam.
Situasi tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga dua minggu ke depan atau setidaknya hingga 15 Desember, sesuai peringatan awal yang diumumkan BMKG.
Sementara itu, Asisten Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto mengatakan, operasi tersebut berhasil meredam hujan di wilayah timur Jakarta pada Sabtu (12/7). Sementara itu, hujan terjadi di wilayah tengah dan barat Jakarta.
Namun pada Minggu (12/8) curah hujan turun hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Ia mengatakan, hal ini menunjukkan keberhasilan teknologi modifikasi cuaca dalam mengalihkan hujan ke tempat yang aman dan mengurangi tekanan terhadap tingginya risiko banjir, khususnya di wilayah Jakarta.
“Dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca ini, kita bisa mengarahkan hujan agar tidak menumpuk di satu tempat. Misalnya pada tanggal 8 Desember, hampir seluruh wilayah Jakarta mengalami penurunan curah hujan sehingga risiko banjir berkurang secara signifikan. ” pepatah. Seto.
Lebih lanjut Devikorita mengatakan OMC merupakan salah satu langkah strategis BMKG untuk mendukung upaya pengurangan bencana pada musim hujan, khususnya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.
Menurut dia, modifikasi cuaca yang diaktifkan pada awal Desember ini dinilai masih sangat efektif dalam mengendalikan intensitas curah hujan di wilayah rawan, terutama di wilayah padat perkotaan seperti Jakarta. Namun seiring dengan semakin dekatnya puncak musim hujan yang diperkirakan bertepatan dengan terjadinya berbagai peristiwa atmosfer yang dinamis, kemampuan perubahan iklim masih relatif terbatas.
“Meski masih terdapat keterbatasan mengingat intensitas curah hujan ekstrem akibat beberapa peristiwa sensitivitas atmosfer secara bersamaan, upaya tersebut akan terus kami lakukan pada musim hujan, terutama di wilayah yang memiliki risiko tinggi bencana hidrometeorologi, untuk menurunkan intensitas curah hujan guna melindungi masyarakat. dari dampak negatif cuaca ekstrim”, pungkas Davikurita
Cuaca ekstrem ini dipicu oleh beberapa peristiwa atmosfer yang terjadi secara bersamaan dan diperkirakan akan terjadi di banyak wilayah Indonesia, khususnya di Jawa Barat, Banten Selatan, dan Jakarta. (Staf/DMI)