Jakarta, CNN Indonesia –
Iran telah mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan sanksi ekspor minyak yang dipimpin oleh pemerintahan AS yang dipimpin oleh Donald Trump.
Menteri Perminyakan Iran Mohsen Paknejad mengatakan pihaknya telah menyusun rencana untuk mempersiapkan kemungkinan sanksi.
Paknejad mengatakan: “Kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan, saya tidak akan mengungkapkan rinciannya, namun rekan-rekan kami di sektor minyak telah mengambil langkah-langkah untuk menghapus sanksi sebelum kami.”
Lalu dia berkata, “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Pada tahun 2018, Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir tahun 2015 dengan Iran, yang mendorong Washington untuk memperbarui sanksi terhadap sektor minyak Iran.
Akibat sanksi tersebut, produksi minyak Teheran turun 2,1 juta barel per hari di bawah pemerintahan Trump.
Ketika AS tidak lagi berada di bawah rezim Trump, produksi minyak Iran telah pulih menjadi 3,2 juta barel per hari.
Ekspor minyak Iran meningkat tahun ini, mencapai angka tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, yaitu hampir 1,7 juta barel per hari meskipun ada sanksi dari AS.
Tiongkok adalah salah satu importir minyak terbesar Iran. Beijing bersikeras bahwa mereka tidak akan menerima sanksi sepihak AS terhadap Iran.
(berpura-pura)