Jakarta, CNN Indonesia –
Kelompok pemberontak dan oposisi Suriah mengumumkan pada Minggu (12 Agustus) bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad, yang telah berkuasa selama 24 tahun, telah digulingkan.
Sekelompok pemberontak dan perwakilan oposisi menyiarkan pernyataan pertama mereka kepada rakyat Suriah di televisi pemerintah beberapa saat sebelum waktu setempat.
“Kota Damaskus telah dibebaskan,” kata seorang pria berpakaian sipil sambil memegang pesan teks, dalam siaran langsung televisi yang dikutip Al Jazeera.
“Tirani otokratis Bashar al-Assad telah digulingkan. Semua tahanan dibebaskan dari penjara di Damaskus. Kami berharap seluruh pejuang dan warga sipil kami akan melindungi dan merawat harta nasional Suriah. Hidup Suriah!” teriak pria itu.
Dalam layar tersebut, pria tersebut terlihat berdiri di belakang dan di samping sekelompok pria lain yang mengenakan pakaian sipil. Belum jelas siapa mereka dan apa peran mereka dalam kelompok pemberontak tersebut.
Pengumuman tersebut muncul ketika pemberontak berhasil merebut Damaskus hingga tentara Suriah menerima bahwa rezim Assad telah jatuh.
Ribuan warga Suriah turun ke jalan, terutama di ibu kota Damaskus, untuk merayakan penggulingan keluarga Assad yang telah berkuasa selama 50 tahun. Sebelum Assad, ayahnya berkuasa di Suriah selama lebih dari dua dekade.
Presiden Bashar al-Assad dikatakan telah meninggalkan Suriah dengan pesawat meninggalkan bandara Damaskus pada Minggu pagi.
Tentara dari pasukan Suriah yang setia kepada Assad juga dilaporkan melarikan diri ke Irak setelah pemberontak menggulingkan rezim tersebut.
Berdasarkan beberapa video yang dibagikan di media sosial, Al Jazeera melaporkan bahwa sejumlah besar tentara Suriah melarikan diri ke Irak melalui pos perbatasan al-Qaim.
Al Jazeera melaporkan banyak tentara Suriah yang melarikan diri ke Irak melalui pos perbatasan al-Qaim.
Sebuah video yang dirilis oleh Anbar Media Center menunjukkan tentara mengendarai tank dan kendaraan militer melalui jalan-jalan Al Qaim.
Media mengatakan “ribuan” tentara memasuki Irak “untuk melarikan diri dari pertempuran di negara mereka”. (RDS)