Jakarta, CNN Indonesia –
Yeo In-hyung, mantan kepala Komando Kontra Intelijen Korea Selatan, ditangkap pada Sabtu (14/12) karena keterlibatannya dalam deklarasi darurat militer oleh Presiden Moon Seok-yol pada 3 Desember.
Dia adalah pejabat tinggi kedua yang ditangkap setelah mantan Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun. Sebab, keduanya menghadiri pertemuan deklarasi militer tersebut.
Yeo dituduh mengatur operasi pengiriman angkatan bersenjata dan polisi ke Gedung Parlemen dan Komisi Pemilihan Umum Nasional (NEC).
Menurut Korea Times, berdasarkan bukti yang ada, Yeo memerintahkan penangkapan segera Ketua Majelis Nasional Woo Won-shik dan beberapa pemimpin politik penting saat parlemen akan melakukan pemungutan suara untuk mengakhiri darurat militer.
Satuan tugas khusus yang menyelidiki penerapan darurat militer, dipimpin oleh jaksa Park Se-hyun, mendakwa Yeo dengan tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Jaksa militer yang ditugaskan di gugus tugas tersebut memerintahkan penahanan praperadilan sambil menunggu persidangan karena Yeo masih menjabat sebagai petugas yang bersangkutan.
Pengadilan mengeluarkan perintah penahanan hari ini (14/12) pukul 15.30 waktu setempat, dengan alasan keseriusan kejahatan dan risiko pelarian.
Jaksa menduga Yeo terlibat dalam operasi militer luar biasa. Ia memaparkan daftar 14 orang yang akan ditangkap, termasuk Ketua Partai Demokrat Korea (DPK) Lee Jae-myung dan Ketua Partai Kekuatan Rakyat (PPP) Han Dong-hun.
Investigasi kini fokus pada apakah tindakan Yeo mengganggu upaya Dewan Nasional untuk meningkatkan upaya perang.
Jaksa mengajukan bukti 20 menit sebelum pemungutan suara darurat di parlemen untuk menjamin penangkapan segera Yeo, ketua parlemen, dan pimpinan DPK dan PPP. (istri/istri)