Surabaya, CNN Indonesia —
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan timnya akan melakukan operasi modifikasi cuaca di Jawa Timur. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir.
Hal itu disampaikan Suharyanto usai menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Bencana bersama Menteri Koordinator Kebudayaan dan Pembangunan Manusia Pratikno dan Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (17 Desember).
Suharyanto mengatakan, “Untuk Jatim, mulai besok kami akan melakukan operasi cuaca siang dan malam, dengan harapan prakiraan curah hujan ekstrem yang disampaikan BMKG dapat dipermudah dan tidak menimbulkan bencana besar.”
Suharyanto mengatakan, operasi modifikasi cuaca sebelumnya telah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Rencananya, perubahan cuaca akan terjadi di dua wilayah Jawa Timur. Khususnya di daerah Tapal Kuda dan Mataraman. Wilayah-wilayah ini dipilih berdasarkan analisis pertumbuhan cloud.
“TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) tidak di satu titik tapi di satu kawasan karena kita melihat perkembangan awan hujan sehingga dilakukan intervensi di sana,” ujarnya.
Operasi ini akan berlangsung selama satu minggu dan diperkirakan menelan biaya Rp 1,2 miliar. BNPB RI akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk implementasinya.
“Anggarannya pakai BNPB dan pihak ketiga yang turun lapangan. [Kalau anggarannya] tergantung permintaan, jadi kita coba terbang seminggu sekali, kalau seminggu sekali Rp 200 juta. 7 x 200 juta itu kira-kira Rp 1,2 miliar,” ujarnya.
Zona berpotensi banjir
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mengungkapkan sebagian wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami hujan lebat dan berpotensi banjir. Simak daerah rawan banjir di Jawa Timur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan, situasi tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain fenomena La Nina dan Indian Ocean Negative Dipole (IOD).
Situasi global ini meningkatkan curah hujan di Indonesia, termasuk Jawa Timur dan Bali. Meski fenomena ini diperkirakan akan stabil pada awal tahun 2025, namun masyarakat harus tetap waspada terhadap ancaman tersebut, kata Dwikorita. keterangan resminya, dikutip Senin (16 Desember).
BMKG juga memprakirakan terjadi curah hujan lebat di Jawa Timur pada Desember 2024. Wilayah tersebut diperkirakan berpeluang lebih besar dari 70% curah hujan sedang (51-150 mm) dan berpeluang lebih besar dari 60% curah hujan lebat (151-150 mm). 300mm).
Dengan prakiraan curah hujan tersebut, BMKG memperkirakan beberapa wilayah berpotensi mengalami banjir pada periode tersebut. Berikut daftarnya:
Blitar: Kecamatan Gandusari, NglegokGresik: Kecamatan Sangkapura, TambakJember: Kecamatan Bangsalsari, Panti, Sumberbaru, TanggulMalang: Kecamatan NgantangPacitan: Kecamatan Kebonagung, Pacitan, PringkukuProbolinggo: Kecamatan Ticil,
Selain curah hujan, laut selatan Jawa Timur diperkirakan juga dilanda gelombang setinggi 1,25-2,5 meter. Daerah yang berpotensi terdampak antara lain Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Banyuwangi.
(frd/dmi)