Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru terpilih Donald Trump ingin menunjuk Kash Patel sebagai direktur Biro Investigasi Federal (FBI). Patel akan menggantikan Christopher Wray sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 2027.
Hal tersebut diumumkan Donald Trump melalui jejaring sosial Truth Social. Ia mengatakan Kash Patel terpilih sebagai petarung “America First” karena dedikasi dan komitmennya.
“Saya dengan bangga mengumumkan Kashyap ‘Kash’ Patel sebagai Direktur FBI yang baru. Kash adalah pengacara brilian, penyelidik, dan pejuang America First yang telah menghabiskan karirnya mengungkap korupsi dan melindungi rakyat Amerika,” kata Trump. seperti dilansir CNN pada Sabtu (30 November).
“Kash akan bekerja di bawah kepemimpinan Jaksa Agung kita Pam Bondi untuk memulihkan loyalitas, keberanian, dan integritas di dalam FBI,” lanjutnya.
Kash Patel adalah mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional yang kini setia kepada Donald Trump. Selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden, ia menjabat sebagai penasihat direktur intelijen nasional dan menteri pertahanan AS.
Patel juga cukup vokal mengenai slogan Trump Make America Great Again selama kampanye. Ia bahkan menyerukan pembersihan terhadap mereka yang menolak mendukung agenda Trump.
Rencana tersebut juga menekankan bahwa Trump mungkin akan menggantikan Christopher Wray yang masih menjabat sebagai direktur FBI. Sebab, Wray punya sisa masa jabatan tiga tahun hingga 2027.
Christopher Wray sebelumnya ditunjuk Trump sebagai direktur FBI pada 2017. Ia dipilih setelah James Comey dipecat dari jabatan tersebut.
Namun, hubungan antara Trump dan Wray memburuk dan semakin memburuk setelah FBI menggerebek resor Mar-a-Lago miliknya pada Agustus 2022. Akibat kejadian ini, Trump didakwa karena diduga memiliki dokumen rahasia.
Wray kemudian mendapat kecaman dari para pendukung Trump, terutama selama kampanye pemilu AS tahun 2024, atas keputusannya untuk menggeledah resor tersebut.
Sementara itu, menurut Reuters, terpilihnya Kash Patel memperkuat langkah Donald Trump untuk menempatkan loyalisnya pada posisi penting dalam penegakan hukum dan intelijen AS.
Hal ini karena posisi tersebut menciptakan peluang untuk melakukan investigasi tertentu sekaligus melindungi Trump dari kemungkinan investigasi di masa depan. (frl/akhir)