Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah terus memperjuangkan sektor pertanian karena mempunyai peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Sehubungan dengan itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mengambil langkah nyata melalui program pemberdayaan My Life My Cluster.
Program ini bertujuan untuk mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) di sektor pertanian. Program ini memunculkan berbagai kisah inspiratif, salah satunya dari klaster Pusbikat Ungaran di Kampung Baran Gembongan, Semarang yang merupakan klaster bantuan BRI yang menanam alpukat.
Ketua Klaster Pusbikat, Agus Riyadi mengungkapkan, nama Pusbikat merupakan singkatan dari Pusat Pemasaran dan Edukasi (Pusbikat) Penanaman Alpukat. “Awalnya perpustakaan ini hanya mencakup satu wilayah, satu RT dalam satu permukiman. Namun kemudian berkembang menjadi sebuah desa,” ujarnya saat mengikuti Bazar Klaster My Life di Taman BRI, Jumat (15/11).
Di wilayahnya, Kampung Baran Gembongan, Kampung Baran, Kecamatan Ambarawa, terdapat 20 petani alpukat. Para petani ini dikenal mampu menghasilkan buah alpukat unggul lokal yang terkenal kualitasnya. Alpukat asal daerah ini memiliki tekstur daging yang lembut, rasa yang enak dan nilai gizi yang tinggi.
Agus bercerita, pada awal tahun 2011, ia hanya menanam 2 pohon alpukat yang ia tanam dan budidayakan sendiri. Ketika panen akhirnya berhasil, orang-orang disekitarnya pun tertarik untuk menjadi petani alpukat. Agus berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat buah alpukat, serta memberikan informasi mengenai penanaman dan perawatan tanaman tersebut.
Dengan adanya Pusbikat, kami berharap Kampung Baran Gembongan mampu menjadikan alpukat sebagai ikon desa berdaya saing tinggi yang digemari masyarakat luas.
Kisahnya bersama BRI sendiri dimulai pada tahun 2020 saat bergabung dengan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR). Modal tersebut ia gunakan untuk mengembangkan usahanya dan mengembangkan perkebunan alpukatnya. Dan Agus belajar dari awal, mulai dari persiapan bibit, pembibitan, penanaman, perawatan, dan pemasaran.
Hasilnya, penanaman pohon alpukat bisa menghasilkan panen yang melimpah, meski panennya tidak selalu bisa diprediksi. Dengan harga jual rata-rata Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram, jika panen bagus maka hasilnya bisa melimpah, mencapai 1-2 ton per hari. Panen alpukat sendiri biasanya dilakukan 3 kali dalam setahun.
Usai mengikuti pemberdayaan program Klaster My Life BRI, Agus mengakui banyaknya manfaat yang diterimanya sehingga membantunya memperluas jaringan.
“Tentunya banyak pengalaman, relasi dan semakin termotivasi. Keuntungannya sendiri tidak selalu berupa uang, tapi juga promosi dan branding produk yang akan mampu menghasilkan relasi untuk keberlangsungan usaha,” tuturnya. .
Ke depan, Agus akan terus mengembangkan klaster Pusbikat melalui perluasan mitra dari pengusaha lokal dan petani daerah.
“Karena tujuan kami meningkatkan perekonomian masyarakat, dengan mengajarkan menanam alpukat bisa dilakukan di depan rumah, di belakang rumah, tidak harus di lahan pertanian,” ujarnya.
Ia juga berharap BRI terus memberikan dukungan kepada petani, khususnya dari segi permodalan, sehingga dapat digunakan untuk memperlancar pengiriman produk alpukat ke daerah-daerah di Indonesia.
Pada kesempatan lain, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa BRI berkomitmen untuk terus membantu dan memberdayakan UKM melalui program My Life Cluster.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung dan membantu UKM, tidak hanya dalam bentuk permodalan usaha, namun juga melalui pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UKM dapat terus tumbuh dan semakin tangguh,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran klaster My Life sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan program pemberdayaan. “Semoga apa yang ditunjukkan oleh klaster usaha ini menjadi sebuah kisah yang memotivasi dan inspiratif sehingga dapat ditiru oleh kelompok usaha lain di berbagai daerah,” kata Supari. (ori/ori)