Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Komisi III DPR Habiburokhman mengatakan, pihaknya akan terus berupaya mengevaluasi Polri untuk mencegah banyak orang di lembaga tersebut melakukan penembakan, bahkan terhadap warga sipil.
Habib menilai kasus ini sering terjadi karena banyaknya orang di Korps Bhayangkara. Ia juga menyatakan fenomena serupa juga terjadi di institusi lain.
“Ya kita evaluasi terus. Di mana-mana ada orang. Di Polri, di lembaga lain, di DPR juga banyak,” kata Habib, Selasa (17/12) di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Selain itu, Habib menilai fenomena oknum oknum tersebut bisa diperbaiki dengan memperbaiki sistem di kepolisian sehingga bisa mengurangi peluang munculnya orang-orang yang menghina.
“Tapi bagaimana kita menciptakan sistem yang meminimalisir orang. Kalau tidak ada sama sekali, maka dunia tidak ada. Mungkin akhirat nanti kalau tidak ada orang,” kata politikus Gerindra itu.
Di sisi lain, Habib menilai upaya polisi menindak anggota yang melakukan pelanggaran berat sudah tepat dan patut diapresiasi.
Selain itu, kata dia, upaya memecat terduga pelaku pelanggaran polisi dilakukan dalam waktu singkat.
Ia juga menyinggung upaya polisi menyeret anggota polisi yang diduga melakukan tindak pidana di bidang hukum pidana.
“Kalau pengalaman saya, PTDH (pemberhentian tidak hormat) itu perkara biasa yang memakan waktu lama. Kemudian dilakukan penyidikan pidana. Kalau PTDH dilakukan, maka perkara pidana akan dilakukan,” ujarnya.
Dalam sebulan terakhir, terjadi kasus penembakan polisi terhadap polisi di Solok Selatan (Sumatera Barat), polisi menembak siswa SMK di Semarang (Jawa Tengah), dan polisi membunuh warga sipil di Palangkaraya (Kalimantan Tengah).
(marmer/anak)