Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua DP Partai NasDem Willy Aditya menyarankan peningkatan hubungan dengan partai pendukung calon Gubernur DKI Jakarta 2024 Ridwan Kamil (RK).
Willy mengatakan hal itu menanggapi pemberitaan bahwa partai pendukung RK-Suswono di Jakarta masih bimbang untuk menang. Willey berpendapat bahwa dukungan suatu partai terhadap kandidat tertentu dalam suatu pemilu tidak menjamin dukungan penuh. Menurutnya, ini baru permulaan dan harus dilakukan komunikasi intensif.
“Sekarang misalnya NasDem punya 10 legislator, dan setiap ada calon yang kita ajukan di daerah pemilihannya, apakah dia melibatkan 10 orang itu dalam berbagai hal? atau tidak pak, itu makhluk hidup,” kata Willie dari Jakarta, Jumat (8/11).
Direktur Utama Willie Nasdem Surya Paloh telah memberikan instruksi jelas kepada jajarannya untuk mendukung setiap calon kepala daerah yang diusung NasDem. Namun, menurut Willey, instruksi tersebut memerlukan hubungan baik dengan calon.
“Tapi momentum itu seperti pacaran, Pak. Kalau pacaran, tidak punya waktu. Itu hanya status saja, Pak,” ujarnya.
Selain itu, Ketua Komisi ke-13 Republik Korea menilai pemungutan suara tiket sebagai peristiwa yang tidak bisa dihindari. Menurutnya, pemisahan suara merupakan hasil dari demokrasi liberal. Hal ini terjadi pada pemilu presiden lalu.
Jadi dalam fenomena ini yang penting adalah seseorang atau calon potensial, kata Willey. Terutama bagaimana calon atau calon membawa bola di lapangan saat kampanye.
“Itu tergantung pada kandidat di legislatif seberapa jauh kandidat tersebut mampu merayu partai berkuasa,” katanya.
Willy mengaku tak ingin menyalahkan partai jika dianggap tak terlibat dalam kemenangan RK di Jakarta. Menurutnya, namun calon harus menjadi jembatan komunikasi dengan mesin pemenang di bawahnya.
“Kemudian calon yang membangun jembatan, membawa bola ke struktur, calon pemilu legislatif, dan sebagainya. Kadang-kadang sampai pada suatu titik. Saya tidak tahu struktur partainya, Pak. Dan mereka bilang begitu pesta ini tidak ada. Tidak, tindakannya, logika operasinya tidak,” ujarnya.
“Kalau ditanya ke saya, itu yang terjadi. Tapi ya, setidaknya komunikasi dan energinya sangat penting,” tambah Willie.
Perbincangan perpecahan di tubuh KIM Plus kian menguat seiring menurunnya elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono. Pramono Anung-Rano Karno menyukai hasil litbang Kompas.
Keduanya unggul tipis atas Ridwan Kamil-Suswono di Pilpres DKI Jakarta, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan pada 20 hingga 25 Oktober 2024.
Berdasarkan survei, calon ketiga, Pramono-Rano, memiliki elektabilitas 38,3 persen. Sepasang calon dari PDIP memimpin perolehan suara, meski unggul tipis.
Sementara pasangan Ridvan Kamil-Suswono berada di peringkat kedua dengan elektabilitas 34,6 persen. Kemudian, paslon independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana, paslon nomor urut 2, tertinggal dari dua rival politiknya dengan elektabilitas hanya 3,3 persen.
Willy meyakini hasil kajian tersebut akan bersifat dinamis, apalagi mengingat konteks sosiologis ibu kota. Ia tak ingin terburu-buru menilai hasil jajak pendapat tersebut.
“Menurut teman-teman TPS, yang paling sulit melakukan survei di Jakarta, karena setelah Anda memiliki rumah, sasaran surveinya adalah Anda, Anda sedang bekerja, Anda berbicara di telepon, dan bahkan tergugat bukan pemilik rumah,” kata Willi. .
Dia yakin Pilgub DKI Jakarta akan terus menghadirkan kejutan. Willy Jokowi menyinggung kegagalannya mencalonkan diri pada Pilgub Jakarta tahun 2012. Sama dengan Anies Baswedan pada tahun 2017.
“Masih ingat Pak Jokowi? Bukan Pak Jokowi kan? Masih ingat Pak Anies? Bukan Pak Anies kan? Jadi Jakarta penuh dengan unsur-unsur yang tidak terduga,” ujarnya.
Wiley mengatakan Jakarta memiliki keunikan dalam peta politik elektoral Indonesia. Dia meminta masyarakat menunggu hasilnya.
“Jakarta punya identitas tersendiri di peta politik Indonesia, jadi kita tunggu bersama,” ujarnya. (thr/wis)