Jakarta CNN Indonesia —
Sejumlah pakar Barat telah memperingatkan ancaman kembalinya Perang Dingin dari peluncuran rudal baru Oreshnik Rusia. Dikatakan bahwa senjata nuklir bisa digunakan di Ukraina.
Hans Christensen, direktur Proyek Informasi Nuklir Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan Rusia meluncurkan rudal balistik yang membawa banyak hulu ledak dalam perangnya dengan Ukraina pada Kamis (21/11).
Rudal berpemandu multi-hulu ledak semacam itu disebut MIRV. Kristensen mengatakan MIRV belum pernah digunakan dalam pertempuran di negara mana pun sebelumnya.
“Menurut pengetahuan saya Ini pertama kalinya MIRV digunakan dalam pertempuran,” kata Christensen seperti dikutip CNN.
Selama Perang Dingin, MIRV dikembangkan untuk mampu mengirimkan banyak hulu ledak nuklir dalam satu peluncuran. Pada saat yang sama, serangan rudal Rusia ke kota Dnipro di Ukraina diluncurkan. Pesawat ini tidak dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Tapi itu senjata biasa.
Di era nuklir Rudal sangat penting untuk mencegah pihak-pihak yang bertikai meluncurkan senjata nuklir.
Rudal dirancang untuk digunakan sebagai senjata pertahanan. Sehingga tidak ada pihak yang termotivasi untuk melancarkan serangan nuklir.
Namun situasi saat ini berbeda dengan era nuklir. Bukannya mencegah serangan nuklir Para ahli yakin bahwa rudal, terutama MIRV, dapat memicu serangan nuklir.
Kristensen mengatakan kemampuan MIRV sangat mengganggu sehingga keberadaannya menjadi perhatian serius.
MIRV dapat menjadi senjata serangan pertama dan juga dapat menjadi sasaran serangan pertama.
Persatuan Ilmuwan Peduli menjelaskan bahwa ada dua situasi yang sangat mirip dengan MIRV: pertama, gunakan; kedua, hancurkan.
Kedua situasi ini berpotensi memperluas perang.
Selama perang, lebih mudah bagi pihak-pihak yang bertikai untuk menghancurkan beberapa hulu ledak sebelum dilepaskan daripada menembakkannya.
Namun ketika krisis terjadi Serangan awal menggunakan MIRV dapat membuat kemajuan penting.
Serangan Rusia terhadap Dnipro pada hari Kamis menunjukkan betapa mengerikannya MIRV. Beberapa kepala jatuh ke arah sasaran pada sudut yang berbeda. Setiap hulu ledak harus dikalahkan oleh rudal anti-balistik.
Meski bukan hulu ledak nuklir, namun penggunaan MIRV dalam operasi tempur umum seperti itu jelas akan menimbulkan kekhawatiran baru di dunia.
Karena hal ini merupakan penyimpangan terang-terangan dari doktrin pencegahan Perang Dingin yang telah ada selama beberapa dekade terakhir (blq/rds).