Jakarta, CNN Indonesia —
Polisi juga mendalami kasus dugaan pertukaran bayi yang melibatkan pria berinisial MR. usai melahirkan di RS Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
“Kami sudah melakukan penyelidikan sejak awal kejadian,” kata Kapolres Jakarta Pusat Susatio Purnomo Kondro kepada wartawan, Jumat.
Susatio mengatakan polisi dan petugas medis masih melakukan penyelidikan mendalam saat ini. Susatio juga mengatakan pihaknya masih menunggu hasil tes DNA bayi tersebut.
“(Polisi) sedang memantau perkembangan tes DNA yang akan dilakukan,” ujarnya.
Pria berinisial MR. (27) diduga bayinya tertukar setelah istrinya melahirkan di RS Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Kejadian bermula saat MR dan istrinya mendatangi klinik pemeriksaan kehamilan sekitar pukul 08.30 pada Minggu, 15 September.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter memerintahkan istri MR untuk segera melakukan operasi caesar di RSIJ. Sebab dari hasil USG dokter menyimpulkan cairan ketuban mengalami penurunan
MR dan istrinya pergi ke rumah sakit. Namun operasi caesar baru dilakukan keesokan harinya atau pada Senin, 16 September.
MR mengatakan, pihak rumah sakit tidak pernah mengkomunikasikan kondisi bayi pasca kelahiran bayi tersebut. Namun saat itu bayi MR dirawat di inkubator dan dibawa ke ruang NICU.
Keesokan harinya, atau Selasa, 17 September, bayi MR dan istrinya dinyatakan meninggal dunia dan selanjutnya dikuburkan.
Kematian anaknya membuat istri MR menangis. Ngomong-ngomong, istri M.R Dia mengaku tidak pernah melihat anaknya setelah melahirkan.
Pada Rabu, 18 September, MR membongkar makam putranya atas izin pihak pengelola pemakaman. Pada saat itulah MR. diduga bayi-bayi tersebut telah dipindahkan.
“Setelah kuburannya dibongkar, ternyata bayi tersebut berbadan besar dan panjangnya tidak sesuai dengan ekstrak dari RSIJKP. kata tuan.
“Saya meminta bantuan pengelola TPU Semper untuk membawa anak tersebut ke klinik, karena bayi tersebut hanya buang air besar berwarna hijau kuning. Tapi TPU Semper tidak mengizinkan dan bayinya dikuburkan kembali,” lanjutnya.
Atas hal tersebut, MR dan keluarga menuntut tanggung jawab pihak rumah sakit. Namun tak pernah ada kesepakatan hingga kasus ini viral.
Setelah kasusnya viral, pihak rumah sakit kemudian melakukan mediasi dengan MR dan berjanji akan melakukan tes DNA dan menanggung seluruh biaya. (nonaktifkan/hapus)