Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Kabupaten Sukabumi memperpanjang masa tanggap darurat bencana selama seminggu atau tujuh hari depan mulai tanggal 11 hingga 17 Desember 2024.
“Awalnya kami melaksanakan waktu tanggap darurat bencana pada tanggal 4-10 Desember 2024, namun karena berbagai pertimbangan kami mengeluarkan kebijakan untuk memperpanjang waktu tanggap darurat bencana hingga tanggal 17 Desember 2024,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman di Sukabumi, Selasa (11/12) ). 10/12), dikutip dari Antara.
Menurut Ade, pertimbangannya untuk memperpanjang masa tanggap darurat bencana adalah tingginya potensi hujan lebat, pengungsian, dan adanya korban yang belum ditemukan.
Selain itu, kebijakan ini diambil berdasarkan hasil rapat koordinasi pertama, potensi hujan lebat hingga 14 Desember masih tinggi menurut prakiraan cuaca BMKG.
Lalu masih ada dua korban tertimbun longsor yang belum ditemukan. Saat ini jumlah pengungsi terus bertambah hingga mencapai 2.988 orang.
Kebijakan ini ditetapkan melalui rapat koordinasi online yang dihadiri oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Polres Sukabumi, Kodem 0620 Kabupaten Sukabumi dan Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Modifikasi cuaca
Sementara itu, Bupati Sukabumi Marwan Hamami meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengubah cuaca di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Kami sudah mengirimkan surat ke BMKG terkait modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan yang turun di wilayah Sukabumi,” ujarnya di Sukabumi.
Menurut Marwan, pihaknya masih belum mengetahui pelaksanaan modifikasi cuaca tersebut karena jadwal pelaksanaannya ditentukan oleh BMKG. Mereka berharap hal ini bisa dilakukan dalam waktu dekat agar intensitas hujan bisa berkurang.
Modifikasi cuaca ini juga bertujuan untuk mempercepat penanganan dan penanggulangan bencana di Kabupaten Sukabumi, seperti memindahkan penyintas, menyalurkan bantuan, membuka akses jalan terpencil dan mengurangi potensi terulangnya bencana hidrometeorologi agar wilayah terdampak tidak terus berlanjut. untuk berkembang.
Modifikasi ini dilakukan dengan melakukan penyemaian awan menggunakan material khusus selama beberapa hari menggunakan pesawat terbang guna mengendalikan potensi dan intensitas hujan.
Hingga Selasa, wilayah terdampak bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu (4/12) mencapai 39 kecamatan dari 47 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Akibatnya, 13.837 warga terdampak. Dari jumlah tersebut, 10 warga meninggal dunia dan dua warga dinyatakan hilang.
Sekitar 1.428 unit rumah rusak berat, 1.201 unit rusak sedang, dan 1.272 unit rusak ringan. Selanjutnya, terdapat 653 unit rumah terancam dan 1.169 unit terendam banjir.
(antara/fra)