Jakarta, CNN Indonesia.
Pasar Malam Empat Satoe memiliki arti lebih dari sekedar konser perayaan ulang tahun Slank yang ke-41. Acara tersebut menjadi momen berkumpulnya keluarga besar Slank, organisasi yang terus berkembang hingga saat ini.
Nuansa perayaan keluarga besar begitu terasa saat saya tiba di JIEkpo Kemaioran pada Sabtu (1 Januari) sore. Secara tampilan, tempat ini tidak menyerupai konser atau festival musik biasa, tempat berkumpulnya anak-anak muda ibu kota.
Tempat tersebut telah diubah menjadi sebuah arena yang dibangun sesuai dengan kata kunci dari judul konser episode ini: pasar malam. Hampir semua aspek yang identik dengan pasar malam hadir di Pasar Malam Empat Satoe.
Sejauh mata memandang, terdapat bianglala, komidi putar, rumah setan, tong setan, kereta kelinci dan masih banyak atraksi lainnya yang siap untuk dicoba.
Berbagai atraksi tampaknya disiapkan untuk memenuhi kebutuhan konser band berusia 41 tahun seperti Slank.
Bimbim Cs tahu banyak Slanker yang sudah mempunyai anak, dan banyak dari mereka yang ingin terus “membentuk kader” dengan mengajak anaknya menonton konser idola orang tuanya.
Pasar malam menjadi pintu gerbang yang menghubungkan hobi orang tua dan dunia anak. Ide tersebut terwujud secara maksimal ketika atraksi tersebut menjadi magnet bagi anak-anak, termasuk sebagian orang tua yang tak mau ketinggalan.
Slank juga melayani UMKM yang tergabung dalam gerakan Slankerpreneur. Beberapa booth didirikan khusus untuk menjual produk-produk keluaran Slanker, bahkan Ivanka sempat membahas langkah tersebut saat sesi pre-show.
Namun fokus utama tetap pada Bimbim, Kaka, Ivanka, Abdi dan Rideau yang akan tampil malam harinya.
Para Slanker mendapat kesempatan untuk melakukan pemanasan dengan menari gembira saat Feel Koplo dan NDKS AKA membuka untuk mereka. Energi yang sudah prima akhirnya meluap ketika pertunjukan Slank dimulai tepat pukul 20.25 VIB.
Line-up lengkap Slanka tampil dengan cara yang aneh. Mereka datang dengan sepeda motor, seolah tak ingin mendramatisasi penampilan pertamanya.
Bimbim menyanyikan lagu Bidadari Juru Selamat disusul lagu pembuka Aku Merindukanmu Tapi Aku Benci Kamu dan Terserah.
“Assalamualaikum!” Salut Kaka mendapat reaksi antusias dari para penggemar usai membawakan dua single. Ucapan ini juga menjadi jembatan menuju nomor-nomor berikut seperti Tong Kosong, Mars Slankers, Pulau Biru dan Virus.
“Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke Jakarta. Jalannya masih panjang, jadi saling menjaga. Aku juga tahu ada perempuan dan anak kecil, enaknya laki-laki menjaga perempuan,” kata Kaka. .
Di Pasar Malam Empath Satoe terlihat jelas betapa patuhnya para Slanker terhadap perkataan para personel Slank. Usia empat dekade sebenarnya telah membantu penggemar menjadi dewasa.
Hal ini terlihat dari kekompakan penonton yang bekerja sama dan saling menjaga, terutama ketika ada yang membutuhkan bantuan. Mereka juga sama-sama memperhatikan lingkungan sekitar dan tidak segan-segan berkomunikasi jika ada kemungkinan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Ucapan terima kasih juga patut diberikan kepada Bidadari Selamat, departemen keamanan yang didirikan Slank. Mereka sangat berhati-hati dalam memastikan situasi yang menguntungkan di area penonton dan juga membantu tim medis dalam berbagai kejadian.
Aspek penonton yang dulunya menjadi perhatian kini tidak lagi menjadi ancaman besar. Penampilannya juga berjalan relatif lancar dengan lagu-lagu berikutnya seperti Punk Java Mix, Alon-alon Asal Kelakon dan Ngono Ia Ngono Tapi Ojo Ngono.
Slank mengundang beberapa rekannya ke konser yubileum ini. Idgitaf, penyanyi yang semakin populer dalam dua tahun terakhir, menarik perhatian Slank hingga akhirnya diajak menyanyikan lagu Karang.
Kolaborasi di bawah ini berfokus pada tema keluarga. Anak-anak sejumlah karyawan bergantian naik panggung untuk tampil di samping ayahnya.
Metzaluna, putri sulung Bimbim, meraih juara pertama, disusul adik perempuannya Talulah Alami. Pada edisi selanjutnya, Chaska Satriaji, putra Kaka dan putra Ridho Marko Malik Hafiedz pun ikut ambil bagian dalam aksi tersebut.
Suasana kekeluargaan di Pasar Malam Empat Satoe tidak berhenti sampai disitu saja. Slank juga menampilkan pemotongan tumpeng di atas panggung yang dihadiri oleh kru film dan keluarga besar staf, termasuk Bunda Ifet.
Koo Tak Bisa kemudian tampil setelah acara simbolis, dilanjutkan dengan Too Sweet dan Joe Get What U Want. Orkes Sakit Hati dan Kau Harus Pulang menjadi penutup penampilan Slanka dan Slanker di Pasar Malam Empat Satoe.
Secara teknis, performa Slank di usia 41 tahun masih sangat solid meski harus membawakan lebih dari dua puluh lagu rilisan mereka.
Kaka tetap penuh energi hingga nomor akhir, sementara Bimbim mampu mengontrol ritme dan intensitas penampilan berkat permainan drum. Begitu pula dengan Ivan yang penuh energi saat bermain gitar bass, penguasaan Rido pada gitar dan keyboard, serta Abdi yang tetap energik setelah sembuh dari penyakitnya.
Penampilan megah Slank yang biasa menjadi semakin berwarna berkat hadirnya pasar malam. Ide yang terkesan gimmick ini ternyata menjadi suguhan baru, khususnya bagi para Slanker yang sudah menikah.
Tugas setelahnya tentu saja ada di tangan Slank, khususnya untuk ulang tahun mendatang. Mereka harus bekerja keras untuk menemukan ide gila lain yang bisa memuaskan semua kalangan, seperti Pasar Malam Empat Satoe.
(akhir)