Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Badan Anggaran DPR RI (BANGAR) Syed Abdullah mengingatkan pemerintah untuk mengurangi risiko kenaikan PPN dari 11 menjadi 12 persen efektif 11 Januari 2025.
Menurut Saeed, mitigasi harus dilakukan terutama bagi keluarga miskin dan kelas menengah. Ia menjelaskan, risiko kenaikan PPN hingga 12 persen dapat dimitigasi setidaknya melalui sembilan langkah.
Pertama, Said berpendapat perlu adanya peningkatan anggaran terkait jaminan sosial rakyat (Parlinzos), di mana perlu dipastikan program tersebut terlaksana tepat waktu dan tepat.
“Tidak hanya bagi keluarga miskin, tetapi juga bagi keluarga hampir miskin/rentan miskin, jumlah masyarakat penerima manfaat jaminan sosial meningkat,” demikian keterangan resmi, Selasa (24/12).
Kedua, subsidi BBM, LPG dan listrik untuk rumah tangga miskin diperluas ke rumah tangga kelas menengah. Said meminta para pengemudi ojek online terus menerima kuota pengisian bahan bakar bersubsidi, termasuk menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang membutuhkan.
Ketiga, subsidi angkutan umum meluas ke moda angkutan umum di seluruh wilayah, terutama di kota-kota besar yang mempunyai moda angkutan umum. Keempat, bantuan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah, minimal tipe rumah 45 tahun ke bawah, juga apartemen.
Kelima, meningkatkan dukungan pendidikan dan beasiswa universitas dengan penerima manfaat dari keluarga miskin hingga menengah. Keenam, menyelenggarakan pasar reguler minimal dua bulan sekali.
“Untuk mengendalikan inflasi dan menjaga harga pangan tetap terjangkau,” kata Dr.
Ketujuh, memastikan penggunaan barang dan jasa UMKM di lingkungan pemerintah dan meningkatkan belanja barang dan jasa pemerintah dari minimal 40 persen menjadi 50 persen untuk penggunaan produksi dalam negeri.
Kedelapan, program pelatihan dan pemberdayaan ekonomi diselenggarakan bagi masyarakat kelas menengah, khususnya warga terdampak untuk membantu mereka bergerak ke sektor yang lebih maju dan kompetitif.
Ia menambahkan, program pelatihan dan pemberdayaan ekonomi juga dapat dikoordinasikan dengan penyaluran KUR.
Terakhir, melaksanakan program yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan ekstrem dari tingkat saat ini sebesar 0,83 persen pada tahun 2025 dan kemudian mengurangi jumlah penduduk miskin hingga di bawah 15 persen dari tingkat saat ini sebesar 21 persen.
Menurut Said, pihaknya telah menyampaikan langkah mitigasi tersebut kepada Menteri Koordinator Perekonomian Airlanga Harterto pada awal Desember lalu dan mendapat respons positif.
“APBN bukan untuk APBN, tapi APBN sepenuhnya didedikasikan untuk rakyat,” tutupnya.
(rea/rir)