Jakarta, CNN Indonesia.
Kepolisian Kota Ambon dan Pulau Lees mengusut kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di kawasan Tugu Trikora, Ambon, Maluku, sejak Sabtu malam (1 November) hingga Minggu pagi (1 Desember).
“Kami kini menyelidiki lebih detail kejadian yang terjadi tadi malam, termasuk pelemparan, pemukulan, dan lain-lain. Polda Maluku juga segera mencari pelaku konflik,” kata Kapolres Ambon dan Kepulauan Lees, Kompol. Driano Andre Ibrahim di Ambon, Minggu.
Ia mengatakan, timnya masih mengumpulkan bukti-bukti dan mencari keterangan dari beberapa saksi yang berada di lapangan saat itu.
Kabarnya, kerusuhan bermula di sekitar Monumen Trikora Kota Ambon setelah terjadi perkelahian antara pemuda yang diduga mengikuti pacuan kuda ilegal dan meminum minuman beralkohol.
Perselisihan kecil ini berujung pada konsentrasi besar-besaran hingga konflik mulai meluas ke beberapa jalan utama dan pemukiman.
Tiga sepeda motor dan sebuah bangunan dilaporkan terbakar dalam tabrakan tersebut. Banyak orang juga terluka akibat pelemparan batu tersebut.
Petugas Polres Ambon langsung bergegas ke lokasi kejadian usai menerima laporan tersebut pada Minggu (1/12) pukul 01.30 WIB.
Kapolri menegaskan, setelah dilakukan pertemuan dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda, diputuskan bahwa kejadian tersebut murni kriminal dan tidak ada kaitannya dengan Sarah atau masalah agama apapun.
“Kejadiannya cukup kriminal, ada remaja nakal yang sedang mengonsumsi minuman beralkohol, sehingga keributan meningkat hingga pelemparan batu dan sebagainya,” kata Driano.
Hingga saat ini, situasi di sekitar Tugu Trikora berangsur membaik. Polisi serta tokoh masyarakat dan agama terus mengoordinasikan upaya untuk menghindari bentrokan lebih lanjut.
Selain itu, patroli polisi di daerah rawan juga ditingkatkan untuk memastikan situasi terkendali.
Menyikapi kejadian tersebut, kami telah mengaktifkan kembali pos pengamanan di beberapa wilayah yang berisiko konflik antarwarga, tentunya dengan dukungan TNI dan pemerintah setempat, ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan patroli harian untuk mencegah dan meminimalisir kejadian serupa.
Polisi telah memastikan bahwa penyelidikan menyeluruh akan dilakukan atas insiden tersebut dan tindakan tegas akan diambil terhadap pelakunya untuk mencegah insiden serupa terulang kembali.
“Jika pelakunya ditemukan, akan diambil tindakan tegas dan kasusnya akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” kata Kapolri sambil menyerukan persatuan.
Para pemuka agama di Maluku mengimbau seluruh elemen masyarakat bersatu menjaga persatuan di tengah isu sensitif yang berpotensi mengganggu persatuan pasca bentrokan di kawasan Tugu Trikora Ambon pada Sabtu (1 November) malam.
“Jangan mudah terpengaruh oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak bertanggung jawab. Mari kita bersama-sama menyelesaikan masalah ini tanpa menyebarkan video kejadian kemarin, kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku Abdul Latuwapo di Ambon, Minggu.
Ia mengaku menyayangkan terjadinya peristiwa pelemparan antar kelompok remaja di kawasan Tugu Trikora Ambon antara Sabtu malam hingga Minggu dini hari.
“Sangat disayangkan. Ambon, kota yang damai dan toleran, kembali menjadi sasaran tindakan tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Menurut dia, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Maluku dan Ambon, setelah rapat bersama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, memutuskan peristiwa tersebut murni tindak pidana dan bukan isu agama.
Ketua Sinode GPM Pdt. Latuapo mengatakan bahwa Eliphaz Tomics Maspaitella juga menelepon.
“Sebagai tokoh agama, saya mengajak seluruh masyarakat untuk menahan diri secara kolektif dan terus memperkuat komitmen terhadap perdamaian antaragama, yang merupakan nikmat Tuhan bagi Maluku setiap saat,” imbaunya.
Menurutnya, jika memang ada kesalahpahaman sebaiknya dibicarakan dari hati ke hati dan penuh persaudaraan. Ia juga menyarankan agar permasalahan kecil diselesaikan dengan bantuan ketua RT/RW, kepala desa, atau tokoh agama setempat. (Antara/Gil)