Jakarta, CNN Indonesia —
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan gelombang serangan Israel menghantam distrik selatan wilayah Khan Younis pada hari Selasa, menewaskan puluhan orang. Tujuh orang yang tewas adalah anak-anak.
Setidaknya lima serangan melanda sebagian wilayah Khan Younis, termasuk satu di wilayah Al-Mawasi, tempat ribuan pengungsi Palestina tinggal di tenda-tenda di sepanjang pantai.
AFP melaporkan, sebagaimana dikonfirmasi Kementerian Kesehatan Gaza, empat anak tewas ketika serangan pesawat tak berawak menghantam sebuah tenda di kawasan Al-Mawasi.
Saksi mata mengatakan beberapa tenda dibakar akibat serangan itu, yang juga menyebabkan lebih dari 20 orang tewas.
Lima orang, termasuk tiga anak-anak, tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan terhadap sebuah rumah di Khan Yunis, kata badan pertahanan sipil Gaza.
Dua orang tewas dalam serangan terhadap sebuah mobil di Khan Younis, sementara dua lainnya tewas dalam serangan sebuah apartemen.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel mengenai serangan terbaru tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel memfokuskan serangannya di distrik utara Gaza, terutama kota Jabalia dan kamp pengungsi di sebelahnya.
“Kami tidak akan berhenti. Kami akan mendorong mereka (Hamas) ke titik di mana mereka tahu bahwa mereka harus mengembalikan semua sandera,” kata panglima militer Israel Letjen Herzi Halevi kepada pasukan saat berkunjung ke Jabalia pada Senin malam.
“Mereka melihat, setiap hari, apa yang Anda lakukan dan mereka tahu itu tidak tertahankan,” katanya, menurut pernyataan yang dikeluarkan militer.
Selama serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang, militan Palestina menyandera 251 orang, 96 di antaranya masih berada di Gaza. Militer Israel mengatakan 34 orang tewas.
Menurut data resmi Israel, serangan tersebut mengakibatkan kematian 1.208 orang di pihak Israel, sebagian besar adalah warga sipil.
Meskipun serangan balik Israel telah menewaskan 45.885 orang di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Gaza, yang dianggap dapat dipercaya oleh PBB. (AFP/Kris)