Jakarta, CNN Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sesumbar Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) masih membutuhkan Indonesia.
Optimisme tersebut disampaikan meski Indonesia resmi masuk sebagai anggota baru Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS). Airlangga menegaskan, proses aksesi OECD masih berlangsung.
“Kalau di OECD tentu prosesnya tidak sama. Karena negaranya banyak dan di semua klub ini harus ada konsensus, semua negara harus sepakat,” ujarnya pada acara diskusi meja bundar harian investor BNI di Mulia Senayan. Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (15/1).
“OECD relatif datar, nilai pendapatan per kapita melebihi 20.000 dolar AS. Namun OECD membutuhkan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga bagian dari Global South, karena inklusivitasnya masih tinggi,” sesumbar Airlangga.
Airlangga menegaskan, tidak hanya Indonesia yang berpeluang memiliki keanggotaan ganda di blok ekonomi tersebut. Ia mengatakan salah satu pendiri BRICS, Brazil, juga terdaftar sebagai anggota OECD.
Ia mengatakan, proses Brasil bergabung dengan OECD berlangsung selama empat tahun. Sedangkan Indonesia dituntut meski baru diajukan tahun lalu.
“Tentu saja ada negara lain di Amerika Latin. Jadi keanggotaan gandanya bukan hanya Indonesia saja, tapi beberapa negara lain juga sedang berproses di sana (OECD),” kata Menko.
Ia kemudian merujuk pada pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/11). Airlangga mengatakan Sakura Land akan membantu memperjelas posisi Indonesia.
Menko mencontohkan ucapan Presiden Prabowo. Ia menegaskan, Indonesia bukanlah negara yang memiliki aliansi dalam urusan politik, apalagi yang memiliki kekuatan tunggal.
Di sisi lain, Menko Airlangga menegaskan, tidak ada masalah dengan bertambahnya jumlah anggota Indonesia di berbagai klub ekonomi.
Artinya, semakin banyak klub, semakin baik. Misalnya kita sudah menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) dengan Eropa yang memiliki produk domestik bruto (MEP) sebesar 16,6 triliun dolar, 27 negara. Pak Presiden (Prabowo) meminta kami menyelesaikan IEU-CEPA dalam satu semester,” jelasnya.
“Kalau Amerika marah, tidak marah (aksesi Indonesia ke BRICS), itu relatif. Tapi hari ini (Presiden Joe Biden) sudah paham. Karena saat Presiden (Prabowo) bertemu di Washington, sudah jelas juga dan dalam pernyataan yang dikeluarkan “Gedung Putih menyatakan mendukung proses Indonesia menjadi anggota OECD,” pungkas Airlangga.
(Minggu/Agustus)