Jakarta, CNN Indonesia —
PDIP selesai menggelar Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Jumat (10/10) mulai siang tadi hingga malam ini.
Acara ini digelar secara sederhana dan hanya dihadiri langsung oleh para pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP). Sedangkan kader tingkat daerah berpartisipasi secara daring. PDIP saat ini belum mengundang Presiden Prabowo Subianto.
Ulang tahun PDIP kemarin bertema ‘Satyam Eva Jayate’ yang artinya ‘Kebenaran Akan Menang’.
Presiden Jenderal Megawati Soekarnoputri kali ini memberikan pidato selama lebih dari dua jam, dengan berbagai diskusi dan penyemangat kepada kader PDIP.
Berikut poin pidato Megawati di HUT ke-52 PDIP:
Berkat Prabowo, nama Bung Karno dipulihkan
Megawati menghela nafas dan mengucapkan terima kasih atas pencabutan TAP MPRS nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara oleh Presiden Sukarno, yang mengembalikan nama Bung Karno.
Selain kepada MPR, Megawati juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah menandatangani surat MPR tentang pencabutan TAP MPRS.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah memberikan tanggapan terhadap pimpinan MPR terkait pemulihan lebih lanjut nama dan hak Bung Karno sebagai presiden pertama RI, kata Megawati.
Megawati mengatakan HUT ke-52 PDIP merupakan hari istimewa karena bertepatan dengan pencabutan TAP MPRS. Sebab, kata dia, setelah 57 tahun, nama dan sejarah Bung Karno akhirnya pulih kembali.
Dalam putusannya, MPR menegaskan tuduhan Bung Karno terlibat dalam G30S tidak pernah terbukti dan batal demi hukum.
Atas nama dirinya, keluarga, dan partainya, Megawati mengucapkan terima kasih. Menurutnya, kesalahan harus selalu dinyatakan sebagai kesalahan.
“Tidak pernah ada proses hukum untuk membuktikan dakwaan tersebut hingga Bung Karno meninggal dunia pada 21 Juni 1970. Lama sekali,” kata Kritikus KPK dan kasus Hasto.
Megawati juga menyoroti kinerja KPK dan dugaan kasus korupsi yang dilakukan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam kasus Harun Masiku.
Megawati mempertanyakan kinerja KPK karena Hasto kerap dituduh dalam kasus-kasus yang ditanganinya.
“Belum lagi, apa yang kamu coba lakukan? Ya, Komisi Pemberantasan Korupsi. Nah, kapan KPK tidak ada hubungannya? Yang dituduh mutilasi hanya Pak Hasto,” kata Megawati.
Megawati kemudian meminta wartawan menuliskan sambutannya. Sebab, dia melihat selama ini sudah banyak tersangka, namun KPK bungkam.
“Karena sudah banyak yang curiga. Tapi baguslah, kalau saya buka korannya setiap hari, bisa jadi lebih banyak lagi,” ujarnya.
Megawati pun merasa heran partainya kini dikalahkan. Cara ini dilakukan seolah-olah sah, padahal sebenarnya tidak.
“Yah, kalau kamu tidak salah, Kak, jangan berpura-pura salah. Ini seperti Pak Hasto,” kata Megawati.
“Yang lain tidak begitu, hanya kami saja yang dipukul, dipukuli, dengan cara yang terkesan legal. Legalnya mana?” dia menambahkan.
Megawati heran meski banyak tersangka lain, namun yang digeledah hanya kader partainya. Ia mempertanyakan hukum di Indonesia pasca berdirinya KPK.
“Mana hukumnya di NKRI ini kalau setelah terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, masyarakat dengan mudahnya mengambil tanpa hati nurani,” kata Mega yang kerap didatangi petinggi secara sembunyi-sembunyi.
Megawati juga mengakui bahwa banyak pemimpin negara yang mengunjunginya untuk menyampaikan keluhan mengenai berbagai persoalan, mulai dari persoalan hukum hingga persoalan pertanian.
Menurut Mega, mereka datang secara sembunyi-sembunyi. Ia mengaku bingung, padahal dirinya bukan bagian dari pemerintahan.
“Saya sudah bilang, Anda di pemerintahan mana, kenapa datang ke saya untuk urusan hukum dan pertanian? Secara diam-diam. Tersembunyi dan tersembunyi lho,” kata Megawati.
Megawati menilai kedatangan mereka secara sembunyi-sembunyi seperti tidak punya kemerdekaan. Malah harusnya bisa terbuka.
Menurut Megawati, kehadirannya dirahasiakan karena PDIP bukan bagian dari Koalisi Meju Indonesia (KIM) yang mendukung Prabowo Subianto.
Ya Mbok, ayo lho. Karena dia bilang, ‘Kalau saya datang nanti, kamu tidak akan bergabung dengan KIM.’ Ayo bertepuk tangan, besar,” ujarnya menegaskan hubungan baik dengan Prabowo.
Megawati menegaskan, dirinya tidak punya masalah dengan Presiden Prabowo Subianto. Pernyataan tersebut disampaikan Mega menanggapi isu yang beredar selama ini.
“Eh Mas Bowo. Ini yang saya bilang yo, rungokke (Eh Mas Bowo, saya bilang begini, dengar). Pak Prabowo, orang mengira dia dan saya bermusuhan. Enggak, tidak,” kata Megawati.
Meski demikian, Mega mengaku mengingatkan agar Prabowo tidak memperlakukan anak buah atau kader PDIP seenaknya. Sebagai sesama Presiden Jenderal, Mega menilai dirinya dan Prabowo tidak senang anak buahnya diperlakukan seenaknya.
Pada Pilpres 2024, PDIP berada di kubu yang berbeda dengan Prabowo. PDIP saat itu mendukung Ganjar-Mahfud. Sedangkan Prabowo dikaitkan dengan Gibran Rakabuming Raka yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Megawati pun menilai PDIP saat ini sedang dimainkan oleh beberapa pihak.
Menurut dia, kejahatan terstruktur, sistematis, dan masif (SSM) benar-benar terjadi. Namun banyak pihak yang berusaha menutupi diri.
“Saya cuma mau tahu, ini PDIP yang main-main, jangan bohong. TSM jalan, tapi semua ingin meliput,” kata Megawati.
Megawati mengatakan pemberitaan tersebut bukan fitnah. Megawati mengaku tak ingin lagi menutup-nutupi. Siap dan atas nama orang-orang yang terlibat dan ingin berperan sebagai PDIP.
“Nah, sekarang aku baru buka, itu saja. Karena bakalan dibilang aku pencemaran nama baik, nggak apa-apa. Aku mau suruh kamu menelpon orang. Makanya tidak akan terjadi.” katanya merujuk pada jual beli surat berharga HC.
Pidato Megawati tak sekedar menjawab pertanyaan politik. Ia juga menyoroti masalah pendidikan.
Megawati mengaku hingga saat ini belum membayarkan gajinya saat menerima gelar doktor kehormatan atau honoris causa (HC) dari berbagai perguruan tinggi. Saat ini beliau menyandang sejumlah gelar HC PhD dari berbagai universitas dalam dan luar negeri.
Megawati pun menyindir sosok yang disebut-sebut mendapat gelar HC namun diduga membayar atau membelinya.
“Honoris causa mau tambah lagi. Saya tidak bayar lho. Karena sekarang banyak yang beli. Mohon maaf,” kata Megawati.
Megawati pun mengaku sudah menyandang gelar guru. Hal inilah yang membuat banyak orang bertanya-tanya tentang dirinya yang menyandang gelar tersebut.
“Kenapa punya guru? Kuliah di mana? Wah, kepikiran mau jual beli lagi,” ucapnya. (rzr/wis)