Jakarta, CNN Indonesia –
Presiden Joe Biden mengatakan kewenangan untuk memblokir TikTok ada pada pemerintahan Trump.
Undang-undang yang disahkan oleh Biden akan mengharuskan perusahaan induk TikTok yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, untuk melepaskan perusahaan tersebut paling lambat 19 Januari, sehari sebelum pelantikan presiden baru AS.
Namun, perwakilan resmi pemerintahan Biden mengatakan bahwa penerapan undang-undang tersebut diserahkan kepada Trump. Pejabat itu berbicara tanpa menyebut nama tentang pemikiran internal pemerintahan Biden.
Sementara itu, Trump sendiri telah berjanji untuk membuat aplikasi tersebut tersedia kembali di Amerika Serikat, meski tim transisinya belum mengatakan bagaimana ia akan melakukannya.
CEO TikTok Shu Zi Chou diperkirakan akan menghadiri pelantikan Trump dan mengambil kursi terdepan karena penasihat keamanan nasional presiden terpilih telah mengisyaratkan bahwa pemerintahan baru dapat menyelamatkan TikTok.
Pada hari Kamis, penasihat keamanan nasional baru Mike Waltz mengatakan undang-undang federal yang dapat melarang TikTok juga “mengizinkan perpanjangan selama ada kesepakatan yang layak.”
Beberapa pihak kini berupaya menyelamatkan TikTok. Pemimpin Partai Demokrat di Senat Chuck Schumer mengatakan dia berbicara dengan Biden untuk mendukung perpanjangan larangan TikTok.
“Jelas diperlukan lebih banyak waktu untuk menemukan pembeli Amerika dan tidak menghancurkan kehidupan dan penghidupan jutaan orang Amerika dari begitu banyak konsumen berpengaruh yang telah membangun jaringan pengikut yang baik,” kata Schumer Kamis (16/1), seperti dikutip oleh AP. . .
Pada Rabu (15/1), Partai Demokrat juga mencoba meloloskan undang-undang yang memperpanjang tenggat waktu, namun Senator Partai Republik Tom Cotton dari Arkansas menghalanginya.
Cotton, yang merupakan ketua Komite Intelijen Senat, mengatakan TikTok punya banyak waktu untuk mencari pembeli.
“TikTok adalah aplikasi mata-mata komunis Tiongkok yang mengindoktrinasi anak-anak kita, mengumpulkan data mereka, menargetkan mereka dengan konten berbahaya dan manipulatif, dan menyebarkan propaganda komunis,” kata Cotton.
Selain itu, Zi Chu diperkirakan akan duduk di podium pada pelantikan Trump bersama miliarder teknologi Elon Musk, yang merupakan CEO SpaceX, CEO Meta Mark Zuckerberg, CEO OpenAI Sam Altman, dan pendiri Amazon Jeff Bezos.
(lum/mikrofon)