Jakarta, Indonesia —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 24,27 poin atau lebih dari 0,34 persen menjadi 7.088 pada Jumat (10/10).
Investor memperdagangkan Rp 8,69 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,46 miliar lembar saham.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat dua kali, samping melemah selama tiga hari. Tak heran, indeks imbal hasil melemah 1,05%.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan, pada periode 6 hingga 10 Januari 2025, perdagangan saham akan ditutup berbeda.
Formula kapitalisasi perdagangan dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dari Rp12,445 triliun menjadi Rp12,403 triliun dalam sepekan terakhir. Demikian pula rata-rata volume perdagangan harian juga turun 17,37 persen dari 21,38 miliar menjadi 17,66 miliar ons.
Rata-rata nilai transaksi harian juga mengalami penurunan sebesar 10,45 persen dari Rp9,74 triliun menjadi Rp8,72 triliun.
Sementara itu, terjadi peningkatan rata-rata frekuensi perdagangan harian sebesar 0,89 persen dari 1,03 juta. diperdagangkan pada 1,04 juta transaksi dalam seminggu terakhir.
“Hari ini investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 201,56 miliar, dan investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 2,94 triliun pada tahun 2025,” kata Kouthar dalam keterangan resmi, Jumat (10/1).
Lantas bagaimana prediksi pergerakan IHSG pekan depan?
Head of Customer Literature and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavian Audi memperkirakan indeks saham pekan ini akan bergerak mixed, cenderung pada batas kekuatan di level ekstensi 7.020 dan resistance 7.158.
Ia melihat pergerakan IHSG mixed pada pekan lalu cenderung melemah. Salah satu pandangan termasuk pertemuan FOMC pasca-rilis pada Januari 2025, di mana H diperkirakan akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian seputar kekhawatiran inflasi dan potensi dampak tindakan Presiden terpilih Donald Trump terhadap upaya mengendalikan inflasi.
Oktavianus menilai pasar akan terus menjaga pasar agar sesuai dengan arah keputusan Bank Indonesia yang diperkirakan akan tetap berada di level 6 persen dari benchmark pengguna.
Hal ini disebabkan fluktuasi nilai rupiah yang masih menarik, tambah Octavian kepada fun-eastern.com, Minggu (12/1).
Berdasarkan analisa teknikal, Octavian pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dijadikan pilihan. Pertama, saham Aneka Tambang atau ANTM ditutup menguat 3,17 persen di level 1.465 pada pekan lalu. Octavian memperkirakan ANTM bisa mencapai level 1.565 pada pekan ini.
Kedua, saham Telkom Indonesia atau TLKM ditutup menguat 2,29% di level 2.680 pada pekan lalu. Oktavianus memperkirakan persamaan TLKM pada minggu ini akan mencapai 2.850.
Sementara itu, Technical Analyst MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai IHSG masih berada di level 7.024 dan resistance di 7.197 pada pekan ini untuk bergerak maju dengan support.
Menurut dia, salah satu keputusan yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ini antara lain rilis data neraca perdagangan dan rapat dewan Bank Indonesia, serta rilis data indeks harga produsen (PPI) dan inflasi di AS.
“Data dan sentimen industri PDB Tiongkok berkontribusi terhadap pergerakan IHSG pada minggu ini,” kata Herditya.
Pihaknya juga menyarankan investor untuk mencermati beberapa saham yang akan keluar, yakni saham PT Buana Listya Tama Tbk atau BOS yang ditutup menguat 2,36 persen di level 130 pada pekan lalu. Perhatikan bahwa kenaikan akan mencapai level 141 minggu ini.
Selain itu, Herditya juga merekomendasikan saham Bank Syariah Indonesia atau BRIS yang ditutup pada level 2.700 pada pekan lalu. Perlu diketahui BRIS akan mencapai level 2.840 pada minggu ini.
Herditya juga merekomendasikan saham Bank Negara Indonesia atau BBNI yang ditutup pada level 4.350 pada pekan lalu. Namun yang menonjol, BBNI pekan ini hanya mampu menembus level 4.530.
(pta/pta)