Jakarta, CNN Indonesia —
Asosiasi Pedagang dan Penyewa India (Hippindo) merilis daftar barang yang dijual 10 juta orang terkaya di India ke luar negeri.
Grand President Hipindo Budihardjo Iduansyah mengatakan barang-barang tersebut tidak tersedia di dalam negeri. Terakhir, kelompok Tingkat I lebih memilih berdagang di negara lain.
Barang-barang branded seperti tas, sepatu, jam tangan, celana, katanya saat dihubungi fun-eastern.com, Kamis (16/1).
“Pajak (barang bermerek) di Indonesia mahal, jadi otomatis mereka beli di luar negeri dan dipakai terus-menerus. Bila dipakai, mereka tidak memungut pajak, misalnya jika mereka membeli jam tangan dan menyimpannya. , tidak akan diminta (pajak dan bea masuk),” kata Budi.
Budi menegaskan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah tidak menawarkan harga tinggi saat membeli. Selain itu, ada periode khusus ketika 10 juta orang kaya di Indonesia pergi ke luar negeri.
Dia mengatakan masalah ini juga akan berdampak pada institusi kesehatan negara. Bos Hipindo mengatakan, banyak orang India yang membeli obat ke luar negeri.
“(Hipindo minta) kemudahan impor untuk produk yang dicari 10 juta orang. Kenapa ekspor karena di Indonesia tidak ada barangnya. (Misalnya) banyak rumah sakit dan masyarakat yang berobat ke luar negeri,” kata Budi.
“Sekarang pemerintah melonggarkan izin dokter dan rumah sakit di luar negeri agar masyarakat Indonesia tidak berobat ke luar negeri. Karena kalau berobat (di luar negeri), mereka beli banget. Mereka di Malaysia, kalau kita berhenti (membeli) makanan, oleh-oleh, mata uang asing kita keluar negeri,” jelasnya.
Menurutnya, Malaysia termasuk negara yang mengalami ‘disrupsi’ akibat pesatnya perkembangan sektor ritel. Budi mengatakan, pertokoan dan pertokoan di wilayah sekitar ramai dikunjungi orang India.
Budi menghitung, setiap orang kaya yang bepergian ke luar negeri mengeluarkan uang sebesar $20.000 atau Rp 328 juta (bila kursnya Rp 16.402 per dolar AS). Ia mengatakan tim Tingkat I berangkat ke Malaysia setiap tiga bulan sekali.
“Filipina (dan) Vietnam juga sedang sibuk sekarang. Banyak orang Indonesia yang pergi (ke luar negeri), kebanyakan ke Malaysia,” ujarnya.
Ketua Umum Alphonzus Vidjaya mengamini hal tersebut dari Kamar Dagang Indonesia (APPBI). Ia mengatakan konsumen kelas atas berhak memilih tujuan belanjanya.
Namun, produk yang dicari orang kaya jarang tersedia di India. Itu sebabnya mereka memutuskan untuk pergi ke luar negeri.
“Dari tahun lalu (2024), ketersediaan produk dan barang kelas atas, khususnya kelas mewah, di Indonesia sedikit meningkat, baik dari ukuran maupun jenisnya,” jelas Alphonzus saat didirikan.
“(Terbatasnya pasokan barang-barang high-end) karena pemerintah memberlakukan pembatasan impor. Ini salah satu faktor pendorong ekspor pangan,” imbuhnya.
Data 10 juta orang terkaya India yang terbang ke luar negeri untuk berdagang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlanga Hartarto. Bahkan, diakuinya pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), Beli Hanya di Indonesia (BINA), semua penjualan dibatasi. Meski mengaku sudah mampu mendatangkan dana sebesar Rp71 triliun, Erlanga menyebut masih ada permasalahan yang belum terselesaikan.
“Masalah kita hanya satu, yaitu di level pertama, di atas, 10 juta orang (properti) tidak membeli dari Indonesia,” ujarnya di meja bundar BNI Investor di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15 ). /1).
“Iya, ini bagus untuk harga produk yang ada. Juga berdasarkan jenis barangnya. Kebanyakan dari mereka (10 juta orang kaya Indonesia) tidak berdagang di Indonesia, padahal daya belinya kuat, itu yang sebenarnya kita inginkan. bawa kemari,” kata Airlangga.
(Minggu/Agustus)