Jakarta, CNN Indonesia —
Kota New Orleans di Amerika Serikat menjadi perhatian ketika seorang pengemudi bernama Shamsud Deen Jabbar menabrakkan truk ke kerumunan warga di Hari Tahun Baru hingga menewaskan 15 orang pada Rabu (1/1).
Bendera ISIS terpasang di bagian belakang truk Jabber. Sinyal ini kemudian mengarah pada penyelidikan dan diskusi mengenai kekhawatiran kebangkitan ISIS.
Biro Investigasi Federal (FBI) juga sedang menyelidiki kaitan serangan tersebut dengan ISIS. Jadi, sebuah truk menabrak kerumunan di New Orleans, pertanda kebangkitan kelompok teroris?
ISIS dihancurkan beberapa tahun lalu di Suriah dan Irak oleh koalisi militer pimpinan AS.
Namun, ISIS terus melakukan berbagai operasi yang mencoba menciptakan kembali dan menginspirasi serangan tunggal, seperti yang terjadi di New Orleans.
Menurut komando pusat Amerika, CENTCOM, “ISIS sedang mencoba membangun kembali pasukannya setelah bertahun-tahun mengalami penurunan kemampuan.”
Penilaian tersebut didasarkan pada 153 serangan ISIS di Suriah dan Iran selama periode pertengahan tahun 2024.
Brett Holmgren, penjabat direktur Pusat Kontraterorisme Nasional AS, juga mengatakan bahwa meskipun ada tekanan untuk memberantas kelompok teroris, ISIS terus mendapatkan kekuatan.
“[Mereka] mengatur ulang operasi media dan memulai kembali rencana eksternal,” kata Holmgren seperti dikutip pada Oktober 2024 oleh Reuters.
Jim Jeffrey, mantan duta besar AS untuk Irak dan Turki, juga mengatakan ISIS telah lama memasukkan serangan terisolasi ke dalam agendanya.
Selain penggunaan taktik serigala tunggal, faktor geopolitik juga membantu dan mendukung ISIS. Mereka mengeksploitasi kemarahan global atas pendudukan Israel di Palestina untuk merekrut anggota baru.
Ribuan tahanan ISIS yang dipenjara di Suriah juga menciptakan peluang baru bagi mereka. Apalagi rezim Bashar al-Assad saat ini sudah runtuh.
Seorang pejabat AS juga mengkhawatirkan menguatnya ISIS pasca jatuhnya pemerintahan Assad.
ISIS juga akan memanfaatkan peralihan kekuasaan di Suriah untuk membangun kembali kemampuannya di sana.
Pada Juli 2024, tim PBB yang memantau aktivitas ISIS juga menandai “risiko kemunculan kembali” kelompok tersebut di Timur Tengah.
Mereka juga prihatin dengan kemampuan ISIS Khorasan (ISIS-K), afiliasi ISIS yang berbasis di Afghanistan. Sejak Taliban menguasai negara itu, pemboman sering terjadi.
Namun, Taliban sebelumnya berjanji akan memberikan keamanan dan menjamin tidak akan ada serangan teroris di Afghanistan.
Pemerintah Eropa memandang ISIS-K sebagai ancaman teroris eksternal terbesar bagi Eropa.
ISIS juga terus fokus di kawasan Afrika. Analis keamanan mengatakan ISIS berkembang pesat di Somalia seiring dengan semakin banyaknya pejuang asing yang memasuki negara tersebut.
Namun, HA Hellyer, pakar studi Timur Tengah dan peneliti senior di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies, mengatakan ISIS tidak mungkin merebut kembali sebagian besar wilayahnya.
Dia mengatakan ISIS dan aktor non-negara lainnya terus menimbulkan ancaman karena kemampuan mereka untuk melakukan kekerasan secara acak, “bukan di Suriah atau Irak, namun ada tempat lain di Afrika yang mungkin berada di bawah kendali terbatas untuk jangka waktu tertentu.” kata Hellier.
Dia kemudian menambahkan: “Tetapi saya tidak melihat ini sebagai suatu kemungkinan, atau sebagai tanda pemulihan yang serius.” (isa/dna)