Jakarta, CNN Indonesia —
Hamas menyatakan akan merahasiakan para pemimpinnya setelah dua pemimpin kelompok itu tewas dalam operasi Israel.
Hamas akan merahasiakan identitas pemimpin barunya demi alasan keamanan. Langkah ini diambil kurang dari tiga bulan setelah pemimpin mereka terbunuh.
Yahya Sinwar meninggal pada 16 Oktober. Sebelum meninggal, dia berperang keras dengan Israel.
Mantan pemimpin Ismail Haniyeh tewas dalam dugaan serangan udara Israel di Iran pada bulan Juli.
Pernyataan Hamas juga muncul setelah calon Khaled Mashal menolak menjadi pemimpin karena alasan kesehatan.
Lantas, siapakah kandidat yang berpotensi memimpin Hamas secara rahasia?
Hamas berencana memilih pemimpinnya pada Maret 2025. Hingga saat itu, kelompok tersebut akan dipimpin oleh sebuah komite beranggotakan lima orang.
Komisi tersebut terdiri dari Khalil Al Hayya, Khaled Meshal, Muhammad Darwish, Zaher Jabarin, dan satu orang yang dirahasiakan, seperti diumumkan BBC.
Khalil Al-Hayya adalah wakil pemimpin tertinggi Hamas, yang tinggal di Qatar.
Dia juga memimpin Hamas ke dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel.
Peran tersebut tidak lepas dari pengetahuan, koneksi, dan pemahaman Hayya yang mendalam terhadap situasi di Gaza.
Sebagai tokoh penting bagi Hamas, ia juga menjadi sasaran Israel. Tel Aviv sekali lagi mencoba membunuh.
Pada tahun 2007, Israel menyerang rumah Hayya, menewaskan beberapa kerabatnya. Namun, ia berhasil bertahan.
Kemudian pada tahun 2014, Israel juga mencoba membunuh Hayya. Pada saat itu dia aman kembali.
Juli lalu, Hayya juga satu apartemen dengan Haniyeh.
Namun, saat penyerangan dilakukan, dia akan meninggalkan flat tersebut.
Selain nama panitia, ada beberapa nama yang juga diperkirakan bisa menjadi calon kuat.
Mohammad Sinwar
Mohammad Sinwar adalah saudara laki-laki Yahya Sinwar. Ia menjadi kepala sayap militer Hamas.
Sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut tentang Mohammad, karena ia jarang tampil di depan umum dan tertutup.
Tak ubahnya Yahya, Israel juga mengincar Mohammad karena diduga terlibat dalam serangan mendadak Hamas pada Oktober 2023.
Mohammad juga dianggap sebagai tokoh penting di Hamas. Dia diyakini memimpin kelompok ini dan akan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan gerakan di Gaza, kata BBC. Mahmud Al Zahar
Mahmoud Al Zahar adalah pejabat senior Hamas yang bekerja sebagai dokter bedah.
Orang-orang terdekatnya sering menyebutnya sebagai “generalis” karena ia sering menentang pendudukan Palestina oleh Israel.
Zahar pernah menjadi target pembunuhan Israel pada tahun 2003. Namun saat itu dia masih hidup.
Zahar juga menjabat menteri luar negeri ketika Hamas berhasil mengambil alih pemerintahan Gaza pada tahun 2007.
Saat ini, kabar Zahar masih belum jelas. Sejak serangan mendadak terhadap Israel pada bulan Oktober, dia sama sekali tidak muncul di depan umum.
Mohammad Shabana
Shabana adalah salah satu komandan tertinggi Hamas yang tersisa. Ia kini menjadi komando pasukan militer Hamas di kawasan Rafah, Gaza selatan.
Shabana mengambil kendali Batalyon Rafah setelah Israel membunuh tiga komandan utama milisi dalam perang 50 hari pada tahun 2014.
Menurut laporan Hamas, Shabana berperan penting dalam pembangunan jaringan terowongan yang digunakan militer Hamas untuk menyerang Israel di wilayah perbatasan.
Selain itu, Shabana juga berperan dalam membantu Hamas menyerang Israel pada tahun 2006. (block/block)