Jakarta, CNN Indonesia —
Laporan PBB mengenai hak atas pangan mengungkap barbarisme Israel yang mengakibatkan 2,3 juta warga Gaza kelaparan.
Michael Fakhri, penulis laporan PBB, awalnya menanggapi pertanyaan wartawan tentang klaim Israel bahwa mereka memasok makanan yang cukup bagi warga Gaza, lebih dari 1 juta ton.
Klaim tersebut ternyata hanya omong kosong belaka. Aturan Israel mengenai masuknya warga ke Gaza tidak jelas dan tidak adil.
Fakhri dikutip Al Jazeera pada Sabtu (19/10) mengatakan, “Ini adalah sistem yang dirancang untuk kekacauan, sehingga menyulitkan bantuan masuk.”
Setiap kali bantuan kemanusiaan benar-benar berhasil masuk ke Gaza, kendaraan yang berisi bantuan tersebut sering ditembak dan dijadikan sasaran oleh pasukan Israel, katanya tahun lalu. Padahal, konvoi tersebut dikoordinasikan dengan Israel.
Barbarisme Israel tidak berhenti sampai di situ. Jika konvoi bantuan berhasil lolos dari serangan Israel, yang terjadi selanjutnya adalah tentara menembaki warga yang mendekati kendaraan konvoi tersebut.
“Israel telah memberlakukan blokade total terhadap Gaza, khususnya Gaza bagian utara, selama beberapa waktu. Jadi meskipun benar bahwa Israel mengizinkan beberapa truk lagi masuk hari ini, bukan berarti mereka tidak membuat warga Palestina di Gaza kelaparan.
Sekutu dekat Israel, Amerika Serikat (AS), diam-diam menulis surat kepada Israel untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza, Palestina dalam waktu satu bulan.
AS mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap sekutunya dalam bentuk embargo senjata jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi.
Surat itu muncul ketika pasukan Israel memperluas operasi di Gaza utara. Tindakan Israel dikhawatirkan mengganggu akses pengungsi terhadap bantuan kemanusiaan di seluruh wilayah.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan Israel harus mengambil langkah-langkah bulan depan untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza. Menurut seorang sumber, hal itu dilakukan untuk menghindari tindakan hukum yang melibatkan bantuan militer AS.
“Kami (surat) ini menulis surat ini untuk menggarisbawahi keprihatinan mendalam pemerintah AS atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza dan mengupayakan tindakan segera dan berkelanjutan oleh pemerintah Anda bulan ini untuk membalikkan tren ini,” bunyi surat tertanggal 13 Oktober itu.
Dalam suratnya, AS menguraikan langkah-langkah spesifik yang harus diambil Israel dalam waktu 30 hari.
AS juga meminta Israel menerapkan moratorium kemanusiaan agar bantuan bisa disalurkan. Israel juga didesak untuk mencabut perintah evakuasi bagi warga sipil Palestina ketika tidak ada keperluan operasional.
“Kegagalan untuk menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam menerapkan dan mempertahankan langkah-langkah ini dapat berdampak pada kebijakan AS dan undang-undang AS yang relevan,” kata surat itu.
Amerika Serikat kemudian mengutip Pasal 620i Undang-Undang Bantuan Luar Negeri. Bagian ini melarang pemberian bantuan militer kepada negara-negara yang menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan.
Surat itu juga mengutip memo keamanan nasional yang dikeluarkan oleh Presiden AS Joe Biden pada bulan Februari. Departemen Luar Negeri harus memberi tahu Kongres apakah penggunaan senjata yang dipasok AS ke Israel melanggar hukum AS atau hukum internasional.
Para pejabat AS mengatakan Israel mungkin telah melanggar hukum kemanusiaan internasional dengan menggunakan senjata yang dipasok AS selama operasi militernya di Gaza.
Surat itu pertama kali diterbitkan oleh reporter Israel News 12.
Dua sumber yang mengetahui masalah tersebut mengonfirmasi keaslian surat tersebut kepada Reuters.
Washington tidak menanggapi permintaan komentar mengenai surat tersebut. Begitu pula dengan pemerintah Israel yang masih bungkam mengenai keaslian surat tersebut.
AS telah berulang kali mendesak Israel untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza sejak pendudukan brutal yang dimulai tahun ini.
Meski begitu, pemerintahan Joe Biden belum memberlakukan pembatasan bantuan militer AS ke Israel.
Pekan lalu, PBB meminta Israel untuk segera mengatasi kondisi mengerikan yang dialami warga sipil Palestina di Jalur Gaza yang terkepung. Amerika Serikat mengatakan kepada Dewan Keamanan.
Israel didesak untuk berhenti menambah penderitaan warga Gaza dengan membatasi pengiriman bantuan.
Reuters melaporkan awal bulan ini bahwa pasokan makanan ke Gaza anjlok setelah Israel menghapuskan bea masuk sejumlah bantuan kemanusiaan dan mengurangi pengiriman yang dilakukan oleh perusahaan. (pta/pta)