Jakarta, CNN Indonesia –
Ayah keempat Ruri adalah Abduirahman Wahid (Gus Dydi, kebanyakan memotong garis polisi sebelumnya. Menurut polisi, ia harus kembali ke kodratnya sebagai pelindung desa.
Di Teluk Gus Dur 15 di Ciganjur, Soan Jakarta, Sabtu (219) malam, pilihan pertama Yenny.
Katakanlah, meski sulit, Gus Durd mengambil langkah untuk memandang demokrasi.
“Dulu, pada masa orde baru, tentara dan perwira memberi perintah dengan kewenangan negara,” kata Yenny.
“Abidodrahmanan dan wahyu agungnya Para Sasemratik mengetahui bahwa orang-orang,” artinya pembunuhan, “berasal dari sana.
Ia kini mengapresiasi TNI yang belajar dari masa lalu dan memanfaatkan pembelajarannya sehingga para profesional tidak mewaspadai profesi. Menurut dia, tentu saja tanda setan itu melalui demokrasi.
Namun, kata dia, ada pendapat lain di pihak Polda. Dia membukanya dalam banyak kasus yang melibatkan polisi.
Dimulai dari penembakan pelajar pelajar di Semarang, penembakan masyarakat hingga pusat Kitamanan.
“Seharusnya polisi melindungi masyarakat dengan mengancam desa Gamma Rizkyn, mahasiswa Arrono, pemeriksa saat ini menggunakan kekuatan yang kuat.
Dia mengatakan bahwa proyek internasional Edority dilaksanakan oleh polisi dan pembunuh hukum.
“Saya ingin mengajak kita sejenak merasakan apa itu Gus Dur, apakah dia melihat ketidakadilan, apakah kita merasakan seolah-olah kita merasakan, ketika kita merasakan, ketika kita merasakan, ketika kita merasakan, ketika kita sering merasakan, bahwa kita sering dirasakan sering dicatat: “Kisahnya.
Yenny mengaku tidak setuju dengan pengembalian alamat ke polisi di bawah TFIN atau bisnis.
Namun, dia mengatakan pihak politik menyuplai semua transitornya untuk mencabut senjata tersebut.
“Pekerjaan saya memulihkan setiap sifat alam dan keadaan alam untuk membela manusia, namun bukan untuk melindungi kepentingan manusia,” katanya. (ya / di mana)