Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah universitas ternama di Amerika Serikat (AS) membuka program dan kursus manajemen kantor keluarga seiring dengan pertumbuhan kantor keluarga.
Peluncuran program ini untuk melatih generasi penerus pemimpin kantor keluarga.
Kantor keluarga adalah perusahaan yang mengelola investasi dan kekayaan keluarga ultra-kaya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan dan mentransfer kekayaan antar generasi secara efisien.
Salah satu kampus terbaik yang membuka program ini adalah Booth School of Business Universitas Chicago. Minggu lalu universitas meluncurkan inisiatif Booth Family Office. Ini adalah kombinasi program penelitian, kursus dan seminar yang ditujukan untuk manajer kantor keluarga saat ini dan masa depan.
Inisiatif ini mempertemukan 50 pimpinan kantor keluarga dan alumni yang akan membantu memandu program.
“Jika Anda memikirkan pasar kantor keluarga, jumlah modal yang terkendali, dan kepentingan komersial kantor keluarga, baik dari segi investasi dan pembiayaan, pertumbuhannya sangat signifikan,” kata Paul Carbone, presiden Family Office Initiative. . Dewan Direksi, CNBC International melaporkan.
“Tantangan yang mereka hadapi kini lebih besar dari sebelumnya. Di Booth, kami memiliki basis modal intelektual yang kuat yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,” tambahnya.
Inisiatif Booth adalah bagian dari program kantor keluarga yang berkembang di universitas-universitas besar. Sekolah bisnis di Harvard, Columbia, Northwestern, Pepperdine, dan universitas lain menawarkan program untuk kantor keluarga atau bisnis keluarga.
Program Booth menandai investasi terbesar universitas dalam bidang kantor keluarga dalam 20 tahun. Pada tahun 2004, Wharton School dari Universitas Pennsylvania dan CCC Alliance, sekelompok mitra kantor keluarga, berkolaborasi untuk membentuk Wharton Global Family Alliance.
Melalui penelitian, diskusi, kursus, presentasi dan lokakarya yang unik, Wharton Global Family Alliance telah menjadi rujukan utama bagi kantor keluarga dan industri pengelolaan kekayaan yang lebih luas.
Bagi universitas ternama, kantor keluarga menawarkan potensi sumber daya yang kaya untuk pendanaan penelitian dan mahasiswa sekolah bisnis, serta keahlian di bidang keuangan yang sedang berkembang.
Untuk kantor keluarga, program ini dapat membantu melatih generasi pemimpin berikutnya pada saat talenta langka dan kantor keluarga kesulitan menemukan investor, akuntan, pengacara, dan perencana properti yang berpengalaman.
Menurut data Deloitte, jumlah kantor keluarga meningkat dari sekitar 6.000 menjadi 8.000 pada tahun 2019.
Aset mereka setara dengan USD 5,4 triliun atau Rp 84.043 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp 15.563 per dolar) pada tahun 2030, naik dari USD 3,1 triliun atau USD 48.246,38 saat ini.
Karena banyak pelajar kaya yang membuka kantor keluarga atau bekerja di kantor keluarga, mereka telah menjadi sumber donor dan pendanaan yang penting.
Perusahaan perwalian, bank swasta, dan perusahaan konsultan yang mencari klien kantor keluarga merupakan sponsor potensial dari program ini.
Di Indonesia, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bansar Pandjaitan, yang kini menjabat Ketua Dewan Ekonomi Nasional, mendorong pendirian kantor keluarga untuk menarik orang asing kaya agar berinvestasi di Indonesia.
Menurutnya, terdapat 15.500 kantor keluarga di Singapura saja. Namun, Indonesia tidak memilikinya. Oleh karena itu, perlu dibangun kantor keluarga untuk memenuhi permintaan yang besar, ujarnya.
Luhut mengatakan presiden ketujuh, Joko Widodo (Jokowi), menerima usulan tersebut. Ia juga mengatakan banyak keluarga kaya di luar negeri yang rela menyimpan uangnya di Indonesia. Ia yakin kantor keluarga bisa menarik orang-orang kaya karena mereka tidak mau membayar pajak.
Dia juga mengatakan, hal terpenting dari kantor keluarga adalah uang orang kaya tetap berada di negara. Dengan demikian, mata uang negara tersebut menguat dari hari ke hari. Selain itu, kepercayaan dunia terhadap Indonesia juga akan meningkat.
(del/pta)