Jakarta, CNN Indonesia –
Setelah protes kuat yang menargetkan beberapa kedutaan, termasuk kantor PBB dan kedutaan Prancis dan AS, para pejabat Kongres melarang demonstrasi di Kongres Republik Demokratik Kinshasa.
Dalam pidato langsung pada hari Selasa (1/28), keputusan diambil sebagai tanggapan atas protes kuat yang menargetkan beberapa kedutaan di Kongo, kata Gubernur Kinhahasa Daniel Bumba.
Bumba mengatakan larangan itu akan dimulai dari Rabu (29/1), menuntut agar penduduk Kinshasa dapat menjalankan bisnis dan bebas.
Setelah protes yang kuat pada hari Selasa, AS menutup kedutaannya di Kinshasa dan memaksa orang Amerika untuk keluar dari Kongres.
Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial pada hari Selasa, Wakil Menteri Dalam Negeri Kongo Ujuni menyalahkan Rwanda karena menyerang kantor resmi kedutaan ibukota.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berbicara kepada Presiden Rwanda Paul Kagame pada hari Selasa dan memaksa gencatan senjata di Kongo Timur, kata Tommy Bruce.
Rubio menekankan bahwa AS sangat menyusahkan karena intensitas konflik di Kongo Timur, terutama di tangan M23 yang didukung M23 yang didukung M23.
Rubio segera menyerukan gencatan senjata untuk menghormati kedaulatan dan integritas regional di Kongo Timur dan semua pihak. Dalam jabatan X, Rubio menjelaskan perlunya mengkonfirmasi gencatan senjata di Kongo Timur dan kebutuhan untuk secara permanen mengatasi sumber -sumber konflik.
Menurut Yeni Safaq, kelompok pemberontak M23 yang terbalik Rwanda, mengintensifkan serangannya di Kongo Timur, menaklukkan kota -kota besar dan mendorong ke ibukota provinsi Kiwa Utara.
Sejak minggu lalu, setidaknya 42 orang tewas di Goma, termasuk 17 pemeliharaan perdamaian asing, tetapi ratusan orang telah terluka dalam bentrokan yang sedang berlangsung antara pertemuan dan pasukan pemberontak.
Rwanda mengatakan setidaknya sembilan warga sipil tewas di perbatasan penembakan dari Goma. Sementara itu, lebih dari 100 orang telah dikirim ke pusat -pusat kesehatan belakangan ini, lebih dari 500.000 orang telah mengungsi dan situasi kemanusiaan telah memburuk, Menteri Luar Negeri Kongo ada Cockwa Wagner mengatakan pada hari Selasa.
Di tengah laporan kontroversial tentang siapa yang mengendalikan kota Goma, PBB dan pasukan penjaga perdamaian regional Afrika Selatan yang didukung oleh pasukan pemerintah yang didukung oleh Dewan Pejabat Kongres.
Kelompok M23 mengatakan bahwa perang telah terjadi melalui keluhan tentang diskriminasi terhadap komunitas Tutsi di wilayah tersebut.
Dia mengatakan bahwa pemerintah Kongres tidak mengomentari kekhawatiran mereka khususnya di militer nasional. Di sisi lain, pemerintah Kongres menuduh M23 dari stabilitas wilayah dari dukungan eksternal, terutama Rwanda tetangga. (WIW/WIW)