Jakarta, CNN Indonesia —
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) juga mempengaruhi pekerjaan di Indonesia. AI dikatakan mampu menggantikan beberapa peran manusia, namun juga menciptakan peluang baru.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan telah membawa perubahan besar dalam dunia kerja di Indonesia.
Savitri, Head of Marketing JobStreet Indonesia, mengatakan meski banyak pekerjaan digantikan oleh AI, teknologi ini juga menciptakan peluang baru bagi mereka yang ingin beradaptasi.
“Sebenarnya lapangan kerja sudah hilang, tapi lapangan kerja baru juga tercipta. Jadi hampir seimbang,” kata Savitri di kantor JobStreet Jakarta, Selasa (29/10).
Faktanya, AI telah diterapkan di berbagai media sosial, misalnya pada sistem For You Page (FYP) di TikTok. Menurutnya, AI akan membantu pengguna mengidentifikasi topik favoritnya dan kemudian menyajikan konten populer di halaman beranda TikTok.
Savitri mengatakan masyarakat Indonesia harus merangkul kemajuan teknologi dan memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk pengembangan bisnis.
“Saat ini masyarakat Indonesia menggunakan AI untuk kebaikan mereka sendiri. Jadi jika Anda melihat platform Google AI, bagaimana kita menggunakan Google untuk bisnis kita? Anda harus melihatnya,” ujarnya.
Dari sisi perusahaan, kemampuan penggunaan teknologi AI menjadi nilai tambah bagi para kandidat. Menurut Savitri, perusahaan pasti akan melirik karyawan masa depan yang menggunakan banyak perangkat dalam pekerjaannya.
“Masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, karena umurnya lebih panjang, harus segera merangkul teknologi.” Dia berkata.
Penggunaan AI generik di Indonesia
JobStreet mengungkap tantangan dan kebutuhan penggunaan AI generatif di lingkungan kerja dalam laporan survei bertajuk ‘Decoding Global Talent 2024’ GenAI Edition.
AI Generatif atau GenAI adalah teknologi kecerdasan buatan yang dapat membuat konten seperti teks, gambar, audio video, atau kode perangkat lunak sebagai respons terhadap pertanyaan atau permintaan pengguna.
Model GenAi antara lain ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI dan mendapatkan momentum sejak diperkenalkan pada November 2022. Selain itu, ada juga Gemini buatan Google dan Bing buatan Microsoft.
Survei JobStreet dilakukan terhadap 19.154 responden pekerja di berbagai industri, mulai dari IT hingga layanan kesehatan.
Hasil survei menunjukkan bahwa 38 persen responden menggunakan AI generatif untuk membantu mereka dalam pekerjaan beberapa kali dalam seminggu atau sebulan. Sementara itu, hanya 14 persen responden yang mengaku menggunakan AI umum satu atau dua kali dalam setahun.
Namun masih banyak (48 persen responden) yang belum mengetahui Gen AI atau belum pernah menggunakan Gen AI dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.
Tantangan dalam menggunakan AI
Hasil survei mengungkapkan berbagai hambatan teknis dan kendala sumber daya yang dialami pengguna, serta kebutuhan mendesak untuk memanfaatkan teknologi ini secara lebih optimal.
Sebanyak 42 persen responden mengaku kerap menghadapi kendala teknis seperti lambatnya kecepatan sistem saat menggunakan GenAI. Selain itu, 31 persen responden mengaku mengalami keterbatasan data atau merasa sumber informasi yang digunakan AI tidak selalu dapat diandalkan.
Keterbatasan keterampilan juga menjadi tantangan besar dalam menggunakan teknologi ini. Setidaknya 30 persen responden merasa kesulitan dalam menulis perintah atau permintaan, karena menyadari perlunya mengembangkan keterampilan lain yang mendukung penggunaan GenAI.
Kemudian, 16 persen responden juga menyatakan bahwa kualitas hasil yang dihasilkan GenAI kurang baik dalam memenuhi kebutuhannya, sedangkan 9 persen responden menilai keluaran GenAI seringkali mengandung bias.
(WNU/DMI)