
Jakarta, CNN Indonesia –
Istri dan keluarga Kepala Desa (Kades) Kochod Arsin diselidiki oleh Dewan Direksi Kejahatan Umum (Ditteipidum) Barskrok Poli terkait dengan kasus pagar SHGB /SHM di Kabupaten Tangang, Senin (10/2).
Tim Investigasi Kriminal Polisi Nasional memanggil keluarga kepala desa Kohod secara langsung, termasuk istri Arsin. Proses investigasi dilakukan di markas Kepolisian Pakuhaji dengan agenda untuk meminta informasi tentang keluarga yang bersangkutan.
Selama penelitian, istri dan keluarga Kades Kochod tampaknya diundang untuk menandatangani file yang diduga berisi protokol kasus (BAP), tentang makanan laut. Setelah proses tanda tangan, mereka segera meninggalkan Mapolsek setempat.
Sebelumnya, Kades Kochod, Arsin bin Sanip, tidak ada karena absen dari Unit Investigasi Kriminal untuk Investigasi Kriminal untuk diklarifikasi tentang dugaan argumen untuk memalsukan lisensi tentang Laut Tangang.
“Jadi kepala desa, kami menyebutnya (diundang untuk mengklarifikasi), tetapi belum hadir,” kata direktur kejahatan umum untuk penyelidikan kriminal dari brigade polisi Djandhani Rahardjo Pure.
Dia menyebutkan Undangan Klarifikasi Polisi Investigasi Kriminal kepada pemimpin desa Kohod tidak dipaksa karena kasusnya masih dalam tahap investigasi pada saat itu.
“Karena proses klarifikasi, proses investigasi, tentu saja kami mengundang jika undangan, klarifikasi adalah undangan. Oleh karena itu, mungkin ada,” katanya.
Setelah kasus tersebut dimasukkan dalam tahap investigasi, polisi investigasi kriminal juga merencanakan penyelidikan saksi.
Para penyelidik akan memanggil 25 saksi lagi dalam kasus laut. Seorang saksi yang akan dipanggil dalam proses investigasi adalah kepala desa Kohod, Arsin.
“Ya (Kades Kohod), itu adalah bagian dari apa yang akan disebut,” katanya.
Berbeda dengan tahap investigasi, Arsin tidak dapat menyangkal fase investigasi dan memiliki konsekuensi jika mereka tidak ada dalam percakapan peneliti.
(Antara/ISN)