Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Komisi
Hetifa menilai penerapan kembali sistem PBB dapat dijadikan alat untuk memetakan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Intinya, kita sangat membutuhkan data yang bisa digunakan secara nasional untuk membandingkan kondisi dan hasil pembelajaran atau pendidikan suatu daerah dengan daerah lain, kata Hetifa di Kompleks DPR, Jakarta, Selasa (29/10).
Hetifa menilai data pemetaan pendidikan hasil ujian nasional juga akan menjadi dasar penyelesaian permasalahan pendidikan.
Meski demikian, Hetifa berharap diberlakukannya kembali ujian nasional tidak menjadi bencana bagi orang tua dan siswa.
Selain itu, ia menyebutkan penipuan dan ketidakjujuran yang merasuki sistem PBB ketika sistem ini diterapkan.
“Karena mereka tahu bahwa ujian nasional adalah satu-satunya alat untuk masuk sekolah unggulan, maka mereka menggunakan ujian nasional,” ujarnya.
“Nah, ujung-ujungnya ujian nasional disalahgunakan. Jadi setiap undang-undang pasti ada kelemahannya,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Hetifa berharap Muti bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai pengoperasian PBB jika nantinya ingin menerapkan kembali sistem tersebut.
Kurikulum Merdeka yang diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadeem Makarim menghapuskan sistem ujian nasional sebelumnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar Muthi mengaku belum memutuskan apakah kurikulum mandiri akan dilanjutkan atau tidak.
Muti mengaku awalnya ingin mendengar pendapat pakar dalam negeri dan masyarakat mengenai isu tersebut, termasuk penerapan kembali PBB.
Begitu pula dengan UN, masalah zonasi, apalagi yang masih dibicarakan. Nanti akan dikaji secara matang, kita hati-hati,” kata Muthi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, Senin (21/10). (mab/tidak)