Jakarta, CNN Indonesia
Badan Meteorologi dan Geologi (BMKG) menyebutkan cuaca panas yang terjadi belakangan ini di sejumlah wilayah akan segera hilang seiring dengan peningkatan curah hujan.
“Ke depan, seiring dengan siklon tropis Kong-Rei yang akan menjauh dari Indonesia dan diperkirakan melemah, terdapat potensi gelombang aktif Rossby ekuator dan nilai OLR negatif di Pulau Jawa, hal ini akan semakin memperbesar potensi tersebut. , kata Deputi Direktur Iklim BMKG Ardhasena Sopaheluwakan kepada fun-eastern.com, Rabu (30/10).
Menurut Ardhasena, peningkatan pembentukan awan hujan akan terjadi secara konsisten sehingga menyebabkan penurunan suhu khususnya di Pulau Jawa.
“Dengan prakiraan akan lebih banyak hujan di masa mendatang, suhu permukaan juga diperkirakan akan menurun, khususnya di Pulau Jawa,” jelas Ardhasena.
BMKG sebelumnya telah mengimbau masyarakat setempat untuk mewaspadai potensi dampak suhu panas yang berpotensi ‘memanggang’ negara. Menurut BMCG, suhu di beberapa daerah bahkan naik hingga 37 hingga 38,4 derajat Celcius.
Hingga Senin sore (28/10), suhu terpanas tercatat di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur sebesar 38,4 derajat Celcius, menurut ahli meteorologi BMKG.
Penyebab badai tropis
Cuaca panas kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir, meski diperkirakan akan memasuki musim hujan.
Menurut Ardhasena, banyak faktor yang menyebabkan Indonesia “memanggang” cuaca panas, salah satunya dampak siklon tropis.
“Siklon tropis seperti Kang-ri yang akhir-akhir ini aktif di Samudera Pasifik menarik udara dari wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia. Dijelaskannya, terseret ke pusat siklon tersebut.
Kemudian sebenarnya pergerakan matahari di bulan Oktober juga berkontribusi terhadap cuaca yang lebih hangat. Pasalnya, saat ini Matahari sedang mendekati garis khatulistiwa bagian selatan.
Hal ini meningkatkan intensitas penyinaran matahari di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, dan menyebabkan suhu terasa panas, kata Ardhasena.
“Meski sebagian besar wilayah Jawa diperkirakan akan memasuki musim hujan pada akhir Oktober, namun dinamika iklim global dan regional seperti aktifnya siklon tropis di wilayah utara Indonesia dapat mengganggu pertumbuhan awan,” ujarnya.
Guswanto, Wakil Direktur Meteorologi BMKG, juga menegaskan, penyebab panas di beberapa wilayah Tanah Air disebabkan oleh pergerakan matahari yang sebenarnya.
“Panas yang ditimbulkan hanyalah siklus panas harian karena adanya pergerakan semu matahari. Saat ini pada bulan Oktober posisi matahari berada pada garis lintang 8 atau 9 derajat selatan,” kata Guswanto.
“Ini membuat wilayah Jawa banyak mendapat sinar matahari langsung,” ujarnya.
Menurut Guswanto, wilayah Indonesia bagian selatan saat ini sedang mengalami musim kemarau dan memasuki musim hujan.
Artinya wilayah selatan masih tertutup awan, khususnya di Jawa Timur, Bali, dan Nusa Teng, kata dia, Garasi masih terdampak monsun timur sehingga cakupan awannya masih tipis.
Makanya suhu di selatan tinggi sekali [panas], jelasnya.
(lumpuh/dmi)