
Jakarta, CNN Indonesia –
Arbiter Pengadilan Konstitusi (MK) Saldi Isra menyarankan agar KPU tidak lagi menggunakan sistem angka untuk setiap peserta dari sepasang kandidat dalam pemilihan regional utama (Pilkada).
Menurut Saldi, penggunaan nomor seri yang ada sering kali merupakan kesalahan masyarakat selama pemilihan. Bahkan, beberapa gerakan jari dapat menjadi kebiasaan bagi sebagian orang.
“Di masa depan, jika Anda memiliki dua atau tiga, Anda tidak perlu lagi memberikan angka. Penting bagi gambar untuk ditangkap begitu banyak. Ini masalah angka ini, ini benar -benar masalah karena kadang -kadang orang seperti kebiasaan ini kebiasaan ini , “Kata Saldi.
Proposal diajukan oleh Saldi, mengadakan sesi terus menerus dari sesi pemilihan di Kota Tangerang Selatan jika tidak. 223/phpu.wako-xxiiii/2025 pada panel 2, Jumat (1/17).
Persidangan pada kesempatan ini mendengar program responden dan dalam hal ini terkait dengan KPU, Bawasl dan pasangan kandidat yang menang. Awalnya, KPU Tangerang Selatan, melalui penasihat hukumnya, Saleh, menjelaskan dugaan gerilyawan kandidat nomor 1 melalui iklan layanan publik.
Kemudian, setelah mengumpulkan protes, Saleh mengatakan KPU menarik iklan pada 22 November 2024 atau sehari setelah disiarkan di sebuah stasiun televisi.
“Pada tanggal 23 November, stasiun televisi menghapus iklan layanan publik,” kata Saleh.
“Jadi bagaimana Anda melakukannya? Suka seperti itu [menunjukkan gerakan yang mengumpulkan jari]
Balds berharap KPU akan kembali menghargai penggunaan angka. Menurutnya, penggunaan nomor seri dapat diatur oleh DPR dan pemerintah dalam meninjau undang -undang pemilihan.
“KPU dapat mempertimbangkan ini jika kandidat terbatas, Anda tidak harus menggunakan nomor seri sekarang. Agar kolom itu sendiri menjadi jelas, itu bergantung pada kolom yang dihitung di masa depan, jadi Anda, jadi kami tidak bias dalam hal angka tersebut.
“Tapi hukum berbicara tentang nomor itu, kan? Jadi hukum diubah oleh penciptaan hukum besok,” tambahnya. (ISN/THR)