
Surabaya, CNN Indonesia –
Tim peneliti Badan Penelitian dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan spesies baru di Jarilungkung Ceca (Cyrtodactylus) di East -java. Kadal bernama C. Pecelmadiun, terinspirasi oleh spesialisasi kuliner Java Timur.
Pengembangan Pusat Penelitian Penelitian Biosistem dan Brin, Awal Riyanto, mengatakan bahwa spesies ini ditemukan di lingkungan perkotaan, seperti teras jembatan, ubin dan kebun di pemukiman desa.
Dia menyebutkan alasan penamaan nama kuliner Pecel Madiun untuk kadal Jarilungkung, karena spesies ini ditemukan di sekitar Madiun, yaitu Moospati dan Mojokerto.
“Para peneliti ingin menunjukkan keanekaragaman kuliner kepulauan melalui dunia sains, seperti yang sebelumnya dilakukan di pulau -pulau di Pulau Obi dan C. Teteteete C. Popeda,” kata Awal dalam sebuah pernyataan (3/13).
Dari sudut pandang morfologis, warna dasar C. Pecelmadiun adalah hitam. Panjang tubuh kadal jantan dewasa adalah 67,2 mm, sementara wanita mencapai 59,0 mm.
Di tengah spesies ini, 18-20 baris tuberkular tuberkular tidak teratur di tengah tubuh, yang merupakan 26-28 baris antara sumbu dan pangkal paha dan skala perut 28-34. Individu pria memiliki slot preretlokal dengan 32-37 pori-pori pracocial, sedangkan sub-adanya tidak memiliki tangga lebar.
“Kami telah memperhatikan bahwa C. pecelmadiun umumnya merupakan spesies umum untuk habitat.
Java Jarilungkung Cecak atau Marmoratus cyrtodactylus adalah spesies pertama yang ditulis oleh Gray (1831) berdasarkan spesimen yang dikumpulkan oleh Heinrich Kuhl dan Johan Conrad van Hasselt.
Saat ini, Sprinkler terletak di Museum Sains Belanda. 84 tahun kemudian, De Rooij (1915) melaporkan keberadaan C. fumosus, ditulis oleh Müller (1895), dan dikonfirmasi oleh Brongersma (1934).
Sebagai hasil dari pengembangan penelitian, banyak spesies baru Java, termasuk C. semiadii (2014), C. Farmers, C. klakahahensis (2016) dan C. Belangara (2024), dijelaskan dari Jawa. Namun, populasi C. fumosus di Java sebenarnya merupakan variasi dari C. marmoratus.
Filogenetik, C. pecelmadiun terkait erat dengan C. Petani, jarak genetik 0,1-1,6 %. Spesies ini adalah bukti keberadaan kedua kelompok Darmandville di Jawa setelah C. Petani, kelompok ini kaya di wilayah Sunda Sunda.
Secara umum, Java cyrtodactylus dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok Darmandville dan marmoratus, keduanya kompleks spesies. Kondisi ini semakin mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi keragaman tersembunyi Cyrtodactylus di Java.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam Zotaxa Journal dalam edisi 16 Januari 2025 dan merupakan referensi penting dalam mempelajari taksonomi dan pelestarian taksonomi keanekaragaman hayati di Indonesia.
“Penemuan ini semakin mendorong penemuan lebih lanjut untuk menemukan keragaman tersembunyi Cyrtodactylus, mengingat bahwa masih ada banyak spesies yang belum diidentifikasi secara keseluruhan,” pungkasnya. (FRD/DMI)