
Yakarta, CNN Indonesia –
Fenomena ini menunjukkan kemakmuran atau sekarang dikenal sebagai jejaring sosial, terutama pada kaum muda.
Banyak anak di bawah usia 30 sudah memiliki rumah, mobil, dan barang -barang mewah lainnya dan kemudian menunjukkannya kepada publik. Bagaimana Islam melihat?
Profesor Uin Syarif Hidayatullah Yakarta Rumadi Ahmad menekankan bahwa kemakmuran pada dasarnya bukan milik manusia, tetapi juga mempercayai Allah SWT. Asalkan kekayaan ini dapat dihapus darinya.
“Oleh karena itu, setiap Muslim yang menerima aset harus bereaksi terhadap rasa terima kasih dan tanggung jawab,” kata Rumadi dalam program Tajil Cnnindonesia 2022.
Aset pameran dengan niat atau paparan Riya tidak hanya direkomendasikan dalam Islam. Jika tidak,
Islam mengajarkan bahwa kekayaan digunakan untuk kebaikan dan mendapatkan kesenangan dari Allah SWT. Penggunaan yang disarankan adalah memberi orang miskin, yatim piatu dan sedekah yang membutuhkan.
Jika seseorang ingin berbagi dengan sedekah, tidak apa -apa selama niat mereka menginspirasi dan tidak bercampur dengan elemen arogansi.
Karena di sisi Allah SWT, kekayaan tidak mengukur kemuliaan seseorang, tetapi melalui kesalehan dan pemujaan.
Islam tidak melarang seseorang untuk memiliki kemakmuran, tetapi mengajarkan untuk menggunakannya dengan cermat.
Alih -alih hanya menunjukkan kemewahan, lebih baik membantu orang lain dan mencari kesenangan Allah SWT. Karena kemuliaan sejati sehubungan dengan Allah SWT tidak ditentukan oleh kemakmuran, tetapi oleh kesalehan dan amal kebajikan.
“Karena itu, kekayaan yang kita miliki akan dihargai. Digunakan hanya untuk menemukan kekayaan untuk menemukan kesenangan Allah SWT,” katanya.
(Isn/isn)