Jakarta, CNN Indonesia.
Menteri Fadli Zon mengumumkan Kementerian Kebudayaan sedang berupaya untuk pemerataan jumlah bioskop di seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar fasilitas dan akses layar besar tidak hanya terkonsentrasi di kota-kota besar.
Ia menegaskan, layar bioskop di Indonesia relatif kecil dibandingkan jumlah penduduk dan terkonsentrasi di perkotaan, khususnya di Pulau Jawa.
Harus ada solusi agar distribusi film Indonesia mendapat tempat dan masyarakat mudah mengaksesnya, kata Fadli Zon usai pertemuan dengan insan perfilman di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Senin (11 April). .
Lalu juga viewer kita yang tahun ini mungkin memecahkan rekor, tapi katanya 66 juta, mungkin bisa melebihi 70 juta di akhir tahun, tambahnya, dilansir Antara.
Menurut Badan Perfilman Indonesia, hingga Februari 2024, terdapat 517 bioskop dengan total 2.145 di 115 kabupaten dan kota di Indonesia, yang mencakup 349 kabupaten dan 91 kota, menurut Badan Pusat Statistik.
Sementara itu, Wakil Presiden Lembaga Sensor Film (LSF) Noorca M Massardi mengungkapkan, hingga 3 Oktober 2024, terdapat sekitar 800 bioskop dengan sekitar 3.000 layar di Indonesia.
Fadli Zon kemudian mengungkapkan salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan ketersediaan layar bioskop di daerah. Menurutnya, untuk mencapai hal tersebut diperlukan dukungan pemerintah daerah.
“Seperti apa tampilan pemasangan layarnya? Kita akan cari jalan, mungkin bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, kota atau negara bagian dan tentunya juga dengan perusahaan,” jelasnya.
Ia juga menegaskan, upaya mendukung perkembangan industri film perlu menetapkan prioritas, seperti memprioritaskan pembangunan infrastruktur pendukung atau pertumbuhan pasar.
Mempromosikan keragaman genre film.
Selain mengidentifikasi kebutuhan layar bioskop di daerah, Fadli Zon juga menilai penting menghadirkan berbagai genre film untuk memperluas pasar film di Indonesia.
Ia sadar genre seperti drama, musikal, sejarah, dan petualangan telah banyak diproduksi selama ini. Meski demikian, politikus Partai Gerindra ini menyebut film-film lokal masih didominasi film horor.
“Saya kira film bertema nasional atau sejarah juga perlu validasi untuk film seperti ini,” ujarnya.
Berdasarkan penelusuran fun-eastern.com, pihak produksi belakangan ini mulai membuat film bergenre lain, antara lain drama aksi Sang Pengadil dan drama hukum.
Ada juga film horor bertema eksorsisme Katolik, Kekuatan Gelap dan beberapa drama keluarga yang kembali ke komedi seperti Home Sweet Loan, Kakak Ipar Maut, Bu Tejo Sowan ke Jakarta, Dua Hati Biru dan Agak Laen.
Fadli lantas mencontohkan minimnya jumlah film anak yang diproduksi dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, ia mendorong para produser dan tim di belakang layar untuk terus memproduksi film bergenre selain horor di masa depan.
Ia meyakini kekayaan budaya dan cerita rakyat Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi dalam menghasilkan film berkualitas.
“Kalau saya lihat, Indonesia sangat kaya akan cerita, imajinasi, segala macam hal,” ujarnya.
Tak hanya memberi semangat, ia dan Kementerian Kebudayaan juga berencana memberikan pelatihan penulisan skenario untuk membantu meningkatkan kualitas produksi film Indonesia ke depan.
(Antara/chri)