Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meminta Rusia untuk membantu menengahi penyanderaan anggota Hamas sebagai bagian dari perundingan gencatan senjata Palestina di Jalur Gaza.
Netanyahu bahkan mengirimkan utusan ke Moskow untuk menyampaikan permintaan Israel langsung kepada Presiden Vladimir Putin. Tel Aviv disebut-sebut mengambil langkah tersebut karena perundingan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat dan kawan-kawan terhenti untuk sementara waktu.
Kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan pada hari Jumat, 1 November, bahwa menteri militer Netanyahu, Roman Hoffman, baru saja kembali dari Moskow di Rusia untuk menuntut kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza Palestina.
“Selama diskusi, menjadi jelas bahwa sekretaris militer Perdana Menteri, Mayor Jenderal Roman Hoffman, kembali pagi ini dari perjalanan ke Moskow untuk menjadi perantara kesepakatan pembebasan para sandera. Dalam kunjungan tersebut, dia membahas Alexander Lobanov dan sandera lainnya. masalah,” kata Perdana Menteri Netanyahu. Kantor dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Kyiv Post.
Pada hari yang sama, Bloomberg juga melaporkan bahwa delegasi Netanyahu mengunjungi Moskow karena “upaya gencatan senjata dengan Hamas yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir berjalan lambat.”
Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah memediasi negosiasi antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Ketiga negara tersebut mampu menyetujui gencatan senjata dan pertukaran sandera, namun ini hanya gencatan senjata sementara.
Saat ini, perdamaian permanen belum tercapai. Memang benar bahwa rakyat Palestina sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang parah, dimana bantuan kemanusiaan mencapai Gaza pada titik terendah baru-baru ini.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi permintaan Netanyahu agar Rusia siap membantu menyelesaikan konflik di Timur Tengah.
Peskov mengutip pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Moskow akan melanjutkan dialog dengan semua pihak terkait.
“Dan tentu saja, jika upaya kami efektif, Rusia siap melakukannya,” kata Peskov seperti dikutip Anadolu Agency.
Langkah Israel ini semakin menyoroti “stabilisasi” hubungan antara Tel Aviv dan Washington baru-baru ini, terutama setelah serangan brutal di Jalur Gaza pada 7 Oktober tahun lalu.
Ketika agresi dimulai, Amerika Serikat dengan tegas membela Israel, yang menurut Washington berhak mempertahankan diri dari serangan Hamas. Namun, agresi brutal Israel telah menewaskan lebih dari 43.200 warga Palestina dan tekanan internasional semakin meningkat.
Baru-baru ini, AS “menjaga jarak” terhadap agresi Israel di Gaza, meski tetap memberikan bantuan militer kepada sekutu dekatnya. Presiden Joe Biden bahkan disebut-sebut berulang kali menyatakan kekesalannya kepada Netanyahu atas serangan Israel di Gaza. (blq/rds)