Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan Direktur Badan Ibu Kota Kepulauan (IKN) Bambang Susantonu mengatakan, membangun kota baru bukan sekadar membangun gedung dan berbagai infrastruktur. Menurutnya, hal utama dalam membangun sebuah kota adalah membangun masyarakat yang akan tinggal di kota tersebut.
Hal itu dikatakan Bambang menyikapi perkembangan pembangunan IKN di Kalimantan Timur pada akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi). IKN diumumkan Jokowi sebagai ibu kota negara baru menggantikan Jakarta.
Bambang mengatakan, saat ini banyak infrastruktur yang gencar dikembangkan, terutama di wilayah-wilayah utama pemerintahan. Beberapa di antaranya adalah Istana Kepresidenan dan Kantor Presiden serta gedung kementerian.
“Saya selalu bilang, membangun kota berarti membangun komunitas. Komunitas atau masyarakat adalah hakikat sebuah kota. Entah itu kota yang sosial dan menyenangkan, atau kota yang biasa-biasa saja, membosankan, tidak ada yang lebih baik. Atau Apa itu senang melihatnya?
Bambang mengatakan, pembangunan IKN tahap pertama telah selesai pada tahun ini. Dia mengatakan, pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto perlu menilai kemajuan yang dicapai dalam tiga tahun terakhir.
Menurutnya, peralihan pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo merupakan peluang untuk memperkuat perkembangan IKN.
Guru Besar Perencanaan Universitas Diponegoro ini menilai, jika prasarana dan sarana sudah tersedia, maka pemerintahan baru bisa secara bertahap menggerakkan anggota Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri untuk mengisi kota tersebut.
Katanya: “Karena yang bergerak bukan hanya TNI, ASN, dan Polri saja, tapi yang ada di swasta, RS ada pegawainya, mall ada pegawainya, hotel ada pegawainya, bagaimana bisa dilihat secara keseluruhan”
Bambang berharap pemerintahan baru lebih banyak melibatkan masyarakat lokal agar bisa ikut membangun ekosistem di IKN. Warga IKN juga wajib membina hubungan dengan warga lokal yang sudah lama tinggal di sekitar IKN, khususnya warga Distrik Seppaku.
Menurut Bambang, pemerintah juga akan membangun desa-desa di sekitar IKN untuk menghubungkan mereka dengan ibu kota baru. Ia tak ingin kehadirannya diabaikan oleh masyarakat setempat.
“Tergantung bagaimana masyarakat kota tersebut berinteraksi, dengan kata lain akan tercipta keharmonisan sosial, maka kota tersebut akan menjadi kota yang tidak hanya layak huni, layak huni, tapi menyenangkan. Konsep cinta sebenarnya sudah ada sejak saat itu,” katanya.
Ia mengatakan: “Jangan lupa, warga setempat, khususnya di Kecamatan Sepako, ada 40.000 orang yang bersentuhan langsung. Ini memerlukan kohesi sosial yang membutuhkan waktu.”
Wakil Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Internasional Pembangunan IKN ini mengaku tak terlalu khawatir jika terjadi perlambatan perkembangan IKN pada masa pemerintahan Prabowo. Ia tidak ingin IKN menjadi “kota hantu” karena yang ada hanya bangunan fisik namun tidak ada penghuninya.
Katanya: “Misalnya yang terjadi di ibu kota baru Myanmar, Nay Pyi Taw, punya fasilitas mewah, hotel, gedung pemerintahan, lapangan golf, tapi tidak ada orangnya, kenapa ekosistemnya tidak dibangun, masyarakatnya tidak. dibuat. ” .
“Sebagai seorang perencana kota, ada pepatah yang mengatakan bahwa ada tiga hal yang paling penting dalam sebuah kota, pertama masyarakatnya, kedua masyarakatnya, ketiga masyarakatnya,” imbuhnya.
(tim/fra)