JAKARTA, CNN Indonesia —
Tinggal beberapa hari lagi, Amerika Serikat akan menyelenggarakan Pemilihan Presiden (PILPRES) 2024, sebuah kontes politik yang berdampak pada dunia internasional.
Pemenang pemilu presiden kali ini akan menentukan kebijakan luar negeri yang akan mempengaruhi masa depan Amerika Serikat dan hubungan kedua negara, termasuk dengan Tiongkok.
Amerika Serikat dan Tiongkok adalah musuh besar di banyak bidang. Kedua negara bersaing untuk mendapatkan pengaruh di berbagai bidang dan sering kali berselisih paham, terutama terkait Taiwan.
Dalam pemilihan presiden kali ini, kandidat dari Partai Republik Donald Trump dan JD Vance akan menghadapi kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris dan Tim Walz.
Manakah dari dua paslon berikut yang paling disukai warga China?
Harris dan Trump telah menjadi topik hangat di platform media sosial Tiongkok dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelum Presiden AS saat ini Joe Biden menarik diri dari nominasi, Harris kurang populer dibandingkan Trump.
Hanya beberapa hari setelah Biden mengundurkan diri dari pencalonan presiden, aplikasi video mirip TikTok di Tiongkok, Douyin, dibanjiri konten yang mengejek Harris.
Namun banyak juga klip yang diunggah dengan narasi positif. Misalnya, materinya memuat latar belakang Harris yang berasal dari latar belakang kelas menengah dan kini memegang posisi penting di Amerika Serikat.
“Ini adalah kisah nyata orang biasa,” kata komentar di Douyin.
Dan bagi Trump, orang Tiongkok mempunyai julukan khusus, ‘Chun Jianguo’ yang berarti pembangun bangsa Tiongkok. Julukan ini menyindir kebijakan luar negerinya sebagai agen ultra-isolasionisme dan perpecahan dalam negeri.
Kebijakan Trump telah membantu Tiongkok menyalip Amerika Serikat di panggung dunia.
Meskipun terjadi kekacauan menjelang pemilu AS, masyarakat Tiongkok percaya bahwa ketegangan antara kedua negara akan terus berlanjut tidak peduli siapa yang menang.
Li Shuo, yang tinggal di Beijing, ibu kota Tiongkok, mengatakan kepada CNN pada Kamis (31), “Bagi kami, masyarakat Tiongkok pada umumnya, orang yang menjadi Presiden Amerika Serikat adalah sama, baik kandidat A atau kandidat B.” ).
Wu Xinbo, pakar studi Amerika di Universitas Fudan di Shanghai, memiliki pemikiran serupa. Menurutnya, masyarakat Tiongkok pesimistis terhadap kedua kandidat tersebut.
Tuan Woo berkata, “Ini karena citra dan kemampuannya tidak bisa dibandingkan dengan sosok sebelumnya.”
Ia menambahkan, “Alasan kedua dan mungkin yang lebih penting adalah hubungan AS-Tiongkok tidak akan membaik, apa pun pilihan yang diambil.”
Tantangan hubungan Tiongkok-AS di era baru
Masyarakat Tiongkok dari semua lapisan masyarakat percaya bahwa baik Trump atau Harris menang, Amerika Serikat akan terus menghambat kebangkitan Tiongkok.
Pada masa jabatan terakhir Presiden Trump, Amerika Serikat mengenakan tarif senilai miliaran dolar terhadap produk-produk Tiongkok.
Presiden Trump mengancam akan mengenakan tarif lebih dari 60% pada seluruh impor Tiongkok. Ia juga dikenal karena kebijakan luar negerinya yang tidak stabil.
Selain itu, Presiden Trump berulang kali melontarkan pernyataan rasis terhadap Tiongkok dan menuduh Tiongkok bertanggung jawab atas penyebaran COVID-19.
Tampaknya ada perubahan kecil pada pemerintahan Joe Biden dan Harris dalam hal jumlah delegasi. Amerika Serikat berupaya menstabilkan komunikasi dan ketegangan.
Namun di era Biden, Amerika Serikat juga sangat khawatir bahwa teknologi Tiongkok mengancam keamanannya. Pemerintah juga menerapkan kontrol investasi dan ekspor yang ketat.
Biden juga memperkuat hubungan dengan sekutunya di Eropa dan Asia untuk melawan Tiongkok, yang disebutnya sebagai “tantangan jangka panjang paling serius terhadap tatanan internasional.”
Meskipun masing-masing kandidat memiliki sikap negatif terhadap Tiongkok, terdapat spekulasi bahwa Harris kemungkinan akan mempertahankan hubungan dengan Tiongkok jika ia terpilih.
Rep Harris dinilai mewarisi kebijakan Biden, seperti terus menekan Tiongkok dan membatasi pengembangan teknologi dan militernya. Namun pada saat yang sama, Amerika Serikat akan membuka pertukaran kerja sama dan dialog.
Sementara Trump masih dinilai sebagai sosok yang merusak hubungan kedua negara.
Peneliti Woo berkata, “Jika Rep. Harris terpilih, akan ada kombinasi ketegangan dan gesekan serta pertukaran dan kerja sama yang terbatas.”
Dia berkata, “Presiden Trump akan memberikan tantangan besar bagi hubungan AS-Tiongkok.”
Perdana Menteri Woo percaya bahwa kemungkinan besar Presiden Trump akan menangani hubungan AS-Tiongkok dengan cara yang tidak konvensional, tidak seimbang, dan tidak dibatasi.
Dia menyimpulkan, “Yang paling bisa Anda katakan adalah kesulitan hubungan ini bergantung pada siapa yang memegang posisi.” (blq/baca)