Jakarta, CNN Indonesia –
Dengan “Hear” Robert Zemeckis kembali ke layar dengan penuh kegembiraan. Namun kali ini ia mengambil langkah berani dan menutup ceritanya dengan adaptasi eksperimental.
Robert Zemeckis mengemas trik menghafal di sini yang biasanya tidak digunakan oleh pembuat film lain. Karena kamera tidak bergerak dari awal hingga akhir, film hanya menceritakan kisah dari satu titik saja.
Penonton kemudian diminta untuk diam dan mengamati berbagai peristiwa yang terjadi pada titik tersebut dari sudut pandang kamera tetap.
Dengan kata lain, menonton di sini seperti mengunjungi instalasi museum yang menampilkan peristiwa-peristiwa di Bumi dari waktu ke waktu.
Pengalaman seperti itu bisa membuat frustasi. Namun Zemeckis dan Eric Roth selaku penanggung jawab naskah cukup mahir dalam merangkai cerita yang menawan dan penuh kehangatan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan awal film ini tidaklah mulus. Meski premisnya menarik, di sini dimulai dengan plot yang membingungkan.
Setidaknya ada tujuh cerita dengan latar waktu dan karakter berbeda yang diperkenalkan sejak awal. Ketujuh cerita tersebut disajikan secara bergantian namun dengan gaya melompat-lompat.
Gaya penuturan cerita ini terlalu tersebar dan kacau bagi saya. Terlebih lagi, selain semuanya terjadi di tempat yang sama, tidak ada benang merah yang jelas menghubungkan cerita-cerita sepanjang waktu.
Bahkan arah filmnya pun tidak ditentukan dengan jelas di awal. Saya merasa seperti sedang melihat instalasi museum atau tayangan slide tentang sejarah umat manusia selama berabad-abad. Untungnya, semua kebingungan itu teratasi ketika ceritanya direduksi menjadi kisah sebuah keluarga muda. Zemeckis kemudian menempatkan Richard Young (Tom Hanks) dan Margaret Young (Robin Wright) sebagai protagonis utama cerita tersebut.
Mulai saat ini, perjalanan cerita akhirnya menjadi lebih seru. Pasangan Zemeckis-Roth mengubah kehidupan pasangan menjadi kisah yang patut dinantikan.
Mereka mendiskusikan segala sesuatu yang dibutuhkan kehidupan: tawa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan kesedihan. Babak kehidupan yang berbeda ditampilkan dengan menggunakan dua sejoli yang diperankan oleh Tom Hanks dan Robin Wright.
Kedua aktor berpengalaman ini berhasil memanfaatkan potensinya untuk menciptakan chemistry seperti Richard dan Margaret. Pertunjukan yang mengesankan ini membuat setting film yang terbatas menjadi kurang penting.
Penonton tetap bisa menikmati ceritanya karena akting Tom Hanks yang tidak diragukan lagi. Meski begitu, Robin Wright adalah bintang yang bersinar di sini.
Bagi saya, keberadaan Margaret tidak cukup untuk mengartikan bahwa ia sekadar partner Richard. Bahkan, ia berjasa membuat kehidupan Richard dan keluarga besar Young menjadi lebih berwarna dan bermakna.
Beruntungnya, tokoh utama Margaret diperankan dengan gemilang oleh Robin Wright sehingga kehadirannya sampai ke penonton.
Paul Bettany dan Kelly Reilly yang berperan sebagai orang tua Richard, Al dan Rose Young, juga patut mendapat pujian. Kehadirannya sukses menjadi jembatan yang memandu penonton sebelum menyaksikan perjalanan Richard dan Margaret.
Melihat Tom Hanks berlawanan dengan Robin Wright dalam film Robert Zemeckis dan Eric Roth adalah sesuatu yang istimewa, terutama bagi siapa pun yang pernah merasakan keajaiban Forrest Gump (1994).
Inilah reuni Forrest Gump yang disengaja, menyatukan kembali duo sutradara-penulis dan duo aktor utama setelah 30 tahun.
Namun, agak meresahkan melihat Richard dan Margaret muda di layar. Untuk menampilkan Tom Hanks dan Robin Wright dalam wujud yang lebih muda lagi, teknologi VFX dipilih.
Sebuah teknologi bernama Metaphysical Live membuat Hanks dan Wright terlihat lebih muda. Namun, ada beberapa adegan di mana versi muda kedua aktor tersebut terlihat kurang cair.
Zemeckis sepertinya melakukan eksekusi yang agak dipaksakan tersebut demi menjaga kualitas kedua karakter utamanya. Richard dan Margaret tak mau bergantung pada casting aktor muda karena mungkin akan kesulitan mengimbangi Tom Hanks dan Robin Wright.
Namun terlepas dari ketidaksempurnaan ini, yang tersisa di sini adalah perlakuan khas yang mengharukan dari Robert Zemeckis. Film ini mengandung banyak makna dari segala peristiwa dari segala usia yang terekam kamera.
Pertunjukan reuni bersama Robert Zemeckis, Eric Roth, Tom Hanks dan Robin Wright terlalu sayang untuk dilewatkan. Momen seperti ini baru bisa terjadi setelah 30 tahun dan tidak akan terulang lagi dalam tiga dekade mendatang.
(akhir/akhir)