Jakarta, CNN Indonesia –
Pemerintah berupaya keras menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin.
Selain masalah pangan, upaya juga dilakukan untuk menyediakan tempat berlindung. Faktanya, pemerintah sedang melaksanakan banyak program untuk menyediakan rumah bagi masyarakat miskin.
Pada masa pemerintahan Jokowi misalnya, sejak tahun pertama pemerintahannya, Jokowi langsung memulai proyek sejuta gedung. Melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan perumahan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berupaya meningkatkan perumahan.
Tentu saja pada tahun pertama penerapannya, pemerintahan Jokowi menghadapi banyak permasalahan.
Permasalahan tersebut salah satunya berasal dari ketersediaan peralatan elektronik. Hal ini menyulitkan masyarakat yang ingin membeli rumah karena tidak mampu membayar cicilan rumah yang ingin dimilikinya akibat infrastruktur yang belum lengkap.
Selain listrik dan infrastruktur, pasokan lahan, biaya, sertifikasi dan proses persetujuan konstruksi juga mempengaruhi penggunaan jutaan bangunan tersebut.
Akibat permasalahan tersebut, pelaksanaan program Sejuta Rumah sempat terhenti di awal. Berdasarkan informasi Dewan Menteri, misalnya pada tahun 2015 yang ditemukan hanya 699.700 unit pekerjaan, tahun 2016 sebanyak 805.169 unit, dan tahun 2017 sebanyak 904.758 unit.
Tapi kemudian programnya berjalan cepat.
Misalnya pada tahun 2018, Program Sejuta Rumah telah selesai dibangun sebanyak 1.132.621 unit dan pada tahun 2019 sebanyak 1.257.852 unit. Namun pada tahun 2020 karena adanya pembatasan Covid-19, capaiannya turun menjadi 965.217 rumah.
Namun angka tersebut meningkat menjadi 1.105.707 rumah pada tahun 2021.
Kemudian, penyelesaian satu juta proyek perumahan pada tahun 2022 sebanyak 1.117.491 unit, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut mencakup MBR sebanyak 835.597 unit dan sisanya non-MBR sebanyak 281.894 unit.
Penyelesaian proyek tersebut akan terus meningkat pada tahun 2023 misalnya menjadi 1.217.794 unit. Angka tersebut mencakup MBR sebanyak 1.010.142 unit dan non-MBR sebanyak 207.652 unit.
Khusus tahun 2024 perkiraannya ditetapkan sebesar 1.042.738. Sementara itu, sejak akhir Juli lalu, penyelesaian satu juta proyek perumahan baru mencapai 617.622 unit atau 59,23 persen dari total target nasional.
Angka tersebut mencakup konstruksi MBR sebanyak 484.119 unit dan konstruksi non MBR sebanyak 133.503 unit di seluruh Indonesia.
Tak hanya rumah, pemerintah juga banyak memberikan fasilitas finansial bagi masyarakat untuk memiliki rumah.
Salah satu programnya adalah berupa fasilitas KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Hafidz Febriansyah, salah satu warga Milenial, mengaku masih mencari rumah karena gajinya sudah sesuai persyaratan KPR dari bank.
“Punya rumah saat ini adalah hal yang luar biasa. Ini adalah investasi,” kata Hafidz.
Pria tersebut akhirnya memutuskan untuk membeli rumah di Banten, kawasan Tigaraksa, yang dinilai praktis karena dekat dengan banyak fasilitas.
Milenial lainnya, Denny, mengaku sudah membayar lebih dari 20 tahun untuk membeli rumah. Jangan kira saya masih berusia 31 tahun.
Direktur Jenderal Sumber Daya Negara, Rionold Silaban mengatakan, untuk KPR FLPP pada tahun 2010 hingga 2023, pemerintah mengalokasikan Rp79,77 triliun untuk pembangunan 1.169.579 rumah hunian MBR dengan biaya Rp100,32 triliun.
Jutaan orang telah memperoleh manfaat dari bantuan keuangan ini. Laporan detikcom, Guru SDN Pantai Harapan Jaya 04, Bekasi, Jawa Barat Via Octaviani membenarkan akhirnya bisa memiliki rumah dengan balai tersebut.
Padahal prosesnya sangat cepat dan kondisi bangunan sangat baik.
“Prosesnya cepat dan efisien. Gedung dan gedungnya bagus, kalaupun disubsidi gedungnya bagus.” ujar Via beberapa waktu lalu.
Senada, warga Perumahan Indirisma Regency 2, Malang, Jawa Timur, Muhammad, merasakan manfaat mengeluarkan uang untuk proyek FLPP. Menurutnya, proses pengajuan KPR FLPP sederhana dan terjangkau.
“Program FLPP sangat membantu kami untuk memiliki rumah yang lebih baik. Kami beruntung karena rumah ini dekat dengan wisatawan sehingga membuat lingkungan kami menjadi lebih baik dan sehat. Selain itu, proses pengajuan KPR FLPP yang sederhana dan terjangkau juga bermanfaat bagi kami. keluarga,” kata Muhammad. Untuk melanjutkan di era Prabowo
Bahkan setelah pemerintahan Jokowi berakhir, pemerintah akan terus mendukung masyarakat yang memiliki rumah.
Keberlanjutan proyek tersebut terlihat dari visi dan tujuan pemerintahan Prabowo untuk membangun 3 juta rumah per tahun dan meningkatkan pembiayaan perumahan.
Perkembangan itu ia sampaikan saat debat Pilpres 2024 pada Februari 2024.
Saat itu dia mengatakan akan membangun rumah untuk masyarakat miskin. Rumah akan dibangun di daerah pedesaan, pantai dan kota.
Nah, demi mempercepat proses tersebut, Prabowo menunjuk Maruar Sirait sebagai Menteri Perumahan dan Permukiman dan Fahri Hamzah sebagai wakilnya.
Usai pertemuan, Marurar Sirait akan menggunakan banyak strategi untuk mencapai tujuan Prabowo. Membangun gedung di atas tanah PT KAI dan menyita uang Kejaksaan (Kejagang) adalah sesuatu yang diinginkannya.
Butuh waktu untuk mewujudkannya. Ia menambahkan, perencanaan diperlukan mulai dari konsep hingga peraturan perundang-undangan.
Ara mengamini bahwa kekhawatiran terhadap pembebasan lahan merupakan salah satu rencana pembangunan 3 juta rumah dalam setahun. Di sisi lain, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman harus siap memiliki peraturan perundang-undangan.
“Dalam pembebasan lahan, kita manfaatkan yang sudah ada semaksimal mungkin. Misalnya saya sudah bekerjasama dengan Jaksa Agung (ST Burhanuddin) bagaimana pemanfaatannya, banyak yang sita (tanah). upacara pembukaan di Istana Negara pada Senin (21/10).
“Misalnya Menteri BUMN Perkeretaapian (PT Kereta Api Indonesia), punya banyak lahan yang bisa dimanfaatkan,” tambah Ara.
Namun, Ara menambahkan, ia masih perlu mempelajari dasar-dasar di lapangan. Ini mencakup perencanaan keuangan untuk membangun rumah atau tempat berlindung di kota dan desa.
Ia juga mengatakan akan memprioritaskan perumahan bagi prajurit TNI. Menurutnya, hal tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai oleh Kementerian Perumahan Rakyat.
“Khususnya dengan kerja sama semua pihak, kita punya kepercayaan diri. Saya juga mendorong teman-teman untuk merekrut wirausahawan, pengembang, pengusaha di bidang lain untuk bersaing bersama melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Mereka bisa bekerja sama dalam lingkungan bisnisnya,” kata Ara.
“Misalnya ada lahan dari BUMN atau TNI yang bisa dibantu oleh teman-teman swasta. Jadi kita harus bekerja dengan kekuatan kita, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak. Ada kerja sama yang besar, “yang sudah ada. berada dalam keadaan atau disita. selesai,” katanya.
Marurar Sirait menegaskan siap mendengarkan saran semua pihak. Hal ini juga mencakup pandangan akademisi, auditor, pelaku bisnis dan konsumen atau pemilik rumah.
Dia menambahkan bahwa otoritas perumahan harus mendengarkan dengan cermat semua saran. Ia berharap upaya ini dapat memperluas etos kerja yang dibawanya.
“Niat baik ini harus ditindaklanjuti dengan undang-undang agar semua orang bisa hidup dengan mudah. Harus ada kapasitas yang kuat agar uang tidak musnah untuk membangun lebih banyak rumah,” pungkas Ara.
BTN juga menyambut baik pembangunan 3 juta rumah. Mereka mengatakan program tersebut dapat menghasilkan bisnis sebesar Rp 400 triliun setiap tahunnya. (Agustus / Agustus)