Jakarta, CNN Indonesia –
Studi yang dilakukan Southeast Asia Nutrition Survey (SEANUTS) II menemukan bahwa anak-anak Indonesia belum memenuhi rata-rata kebutuhan harian kalsium dan vitamin D.
Rini Secartini, peneliti senior SEANUTS II Indonesia yang juga Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI mengatakan, sebanyak 78 persen anak Indonesia tidak mendapat asupan kalsium harian dan 92 persen tidak mendapat asupan vitamin D harian.
“Jadi ini menimbulkan risiko yang serius bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka,” kata Rini pada konferensi pers SEANUTS II di Hotel Hermitage, Jakarta Pusat, Jumat (11/08).
Pada anak-anak, kekurangan kalsium berhubungan dengan kekuatan tulang dan gigi. Efeknya juga bisa terjadi pada usia dewasa dan orang lanjut usia.
“Kalsium itu istilahnya kan, melindungi dari anak-anak. “Jika Anda mengalami kekurangan sejak masa kanak-kanak, seiring bertambahnya usia, Anda mungkin akan mengalami berbagai masalah tulang, termasuk osteoporosis,” ujarnya.
Menurut Rini, masalah kekurangan kalsium harus ditangani sejak dini. Pasalnya, konsumsi kalsium pada usia dewasa dan lanjut usia untuk memperkuat tulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan saat kita masih anak-anak.
Pertumbuhan tulang, kata Rini, akan berhenti pada usia 18 tahun. Penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium Anda di masa kecil.
Selain itu, kata Rini, kekurangan vitamin D juga berbahaya. Pasalnya, hal itu mempengaruhi imunitas tubuh.
“Vitamin D penting untuk sistem imun tubuh. “Jadi kalau kekurangan [vitamin D], mudah sakit,” ujarnya di negara tropis, tapi anak-anak kekurangan vitamin D.
Rini pun menjelaskan alasan 92 persen anak Indonesia kekurangan vitamin D setiap hari. Padahal, vitamin D bisa didapat dari sinar matahari pagi. Sebagai negara tropis, seharusnya Indonesia mudah mendapatkan sinar matahari.
“Benar ya, anak bisa mendapat vitamin D dari berjemur. Soalnya tidak semua sinar matahari mengandung vitamin D,” ujarnya.
Vitamin D bisa didapat dari sinar matahari di pagi hari. Pada siang hari, biasanya saat anak-anak bermain, sinar matahari sudah tidak lagi mengandung vitamin D yang baik untuk tubuh.
“Selain itu, anak-anak sekarang lebih memilih tinggal di rumah dan bermain daripada keluar rumah. Inilah sebabnya mengapa kekurangan vitamin D terjadi pada anak-anak,” ujarnya.
Kecuali kurangnya sinar matahari. Asupan makanan, terutama saat sarapan, menjadi penyebab utama kekurangan kalsium dan vitamin D pada anak saat ini.
“Kurangnya susu dan pilihan menu sarapan yang tidak seimbang menjadi penyebab utama kekurangan vitamin D pada anak,” ujarnya. (tst/asr)