Jakarta, CNN Indonesia —
Saling serang Rusia dan Ukraina menggunakan pesawat tak berawak (drone) memanas akhir pekan ini.
Serangan udara drone Rusia dilaporkan telah mencapai ibu kota Ukraina, Kyiv, merobohkan bangunan, jalan, dan listrik di beberapa wilayah kota.
Demikian pernyataan resmi Kepala Administrasi Militer Kyiv, Serhii Popko, Minggu (3/11) pagi, seperti dikutip Reuters. Militer Ukraina mengonfirmasi bahwa pertahanan udaranya berusaha menembak jatuh serangan udara drone tersebut.
Sejauh ini tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam serangan pesawat tak berawak Rusia di distrik Shevchenkivskiy di Kyiv.
Popco mengatakan, belum diketahui secara pasti berapa jumlah drone yang diluncurkan untuk menyerang Kyiv.
Sementara itu, beberapa bangunan rusak di distrik Shevchenkivskiy dan Holosivskiy. Beberapa diantaranya adalah hostel dan gedung perkantoran.
Distrik Shevchenkivskiy dekat dengan pusat kota Kyiv. Distrik ini terkenal dengan gugusan kampus, restoran, dan tempat wisata. Sementara itu, Distrik Holosivskii merupakan rumah bagi taman nasional. Dua distrik terletak di tepi barat Sungai Dnipro.
Sementara itu, Rusia mengklaim unit pertahanannya berhasil menjatuhkan 19 drone Ukraina dalam semalam. Demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia yang dikeluarkan Minggu ini.
“Enam belas drone ditembak jatuh di wilayah selatan Rostov, sementara sisanya dicegat di wilayah Belgorod dan Bryansk yang berbatasan dengan Ukraina,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan melalui aplikasi pesan Telegram, seperti dikutip Reuters.
Pertukaran tawanan perang yang subversif
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Sabtu (2/11) mengatakan bahwa Ukraina telah merusak pertukaran tawanan perang dengan Rusia dengan menjadikannya sebagai ‘pertunjukan politik’.
“Ini adalah proses politik bagi rezim Kiev. Terlebih lagi, mereka menganggapnya sebagai sarana untuk mempromosikan kepentingan mereka,” kata Zakharova dalam pernyataannya.
Moskow memandang Ukraina mempertahankan upaya internasional yang bertujuan memulangkan tawanan perangnya untuk menekan Rusia.
Zakharova menolak klaim Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiha, yang menuduh Moskow menolak akses tahanan Ukraina ke organisasi kemanusiaan internasional dan dokter.
(tim/anak)