Jakarta, CNN Indonesia —
Olahraga tidak harus menyiksa. Soleus push-up bisa menjadi pilihan olahraga sederhana yang dapat meningkatkan metabolisme dan membantu proses penurunan berat badan.
Soleus push-up merupakan latihan yang dilakukan hanya sambil duduk di kursi sambil memusatkan perhatian pada gerakan betis.
Menurut Well and Good, gerakan ini menggunakan otot soleus yang memanjang dari bagian bawah lutut hingga tumit.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal iScience menemukan bahwa soleus push-up dapat membantu tubuh mengatur gula darah dan meningkatkan metabolisme lemak. Apa itu push-up soleus?
Soleus push-up adalah nama populer untuk mengangkat betis yang telah duduk berjam-jam.
Meski terlihat sederhana, namun latihan ini sungguh sulit untuk dilakukan. Pasalnya, otot soleus berada di bawah otot betis lainnya, yaitu otot gastrocnemius, yang dapat berdampak buruk pada mobilitas pergelangan kaki.
Cara melakukan push-up soleus:
1. Duduk di kursi dengan kaki di lantai 2. Kontraksikan otot betis dan angkat tumit. Jaga agar jari-jari kaki Anda tetap menyentuh lantai.3. Tumit ke bawah 4. Ulangi beberapa kali Manfaat push up soleus
Para ahli sepakat bahwa penemuan olahraga ini cukup menarik.
Seperti yang Anda ketahui, proses metabolisme melambat ketika tubuh duduk dalam waktu lama. Soleus push-up bisa menjadi cara untuk menyuntikkan aktivitas berdampak tinggi.
Secara khusus, penelitian dari University of Houston menemukan bahwa soleus push-up dapat meningkatkan metabolisme oksidatif lokal. Nama terakhir mengacu pada bagaimana tubuh dapat menggunakan energi.
Peningkatan metabolisme oksidatif lokal dapat mengubah lemak dan karbohidrat menjadi energi tanpa meningkatkan gula darah.
Jadi, soleus push-up bisa menjadi solusi bagi orang-orang saat ini yang menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja di depan layar.
“Temuan ini telah membuka alat potensial untuk meningkatkan metabolisme ketika tubuh tidak aktif,” kata para peneliti.
Penelitiannya sendiri dilakukan dengan meminta partisipan melakukan soleus push-up selama 3-4 jam sambil duduk.
Menariknya, para peserta tidak merasa lelah karena harus menggerakkan kaki terus menerus selama ini.
Para peneliti menyatakan bahwa tidak ada kelelahan yang disebabkan oleh gerakan yang tidak mengandalkan glikogen sebagai bahan bakar, seperti kebanyakan otot.
“Ketergantungan soleus pada glikogen yang lebih rendah dari biasanya membantunya berfungsi selama berjam-jam tanpa kelelahan,” tambah penulis penelitian. (ashar/ashar)